Mohon tunggu...
Ike Aprillina
Ike Aprillina Mohon Tunggu... Belajar Menulis #tulisanikemy

#tenangtapimenghantam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu dan Dendam

22 Agustus 2025   17:33 Diperbarui: 22 Agustus 2025   17:49 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit sore merona jingga ketika Ina duduk termenung di teras rumahnya. Di tangannya, secangkir teh hangat perlahan mendingin tanpa tersentuh. Pandangannya kosong, seolah mencari sesuatu yang tak kunjung datang. Di lubuk hatinya, ada rindu yang menyesakkan dan dendam yang menyakitkan. Semua itu hanya tertuju pada satu nama: Arif.

Arif adalah bagian dari masa lalunya, cinta pertama yang pernah ia perjuangkan sepenuh hati. Bertahun-tahun lalu, lelaki itu hadir dengan senyum menenangkan, janji-janji manis, dan kehangatan yang membuat Ina merasa dicintai sepenuhnya. Namun, semua itu runtuh ketika janji setia berubah menjadi pengkhianatan.

"Ina, aku tak pernah benar-benar bisa melupakanmu," suara Arif bergema di kepalanya, ucapan yang ia dengar saat Arif tiba-tiba muncul kembali beberapa bulan lalu. Setelah sekian lama menghilang tanpa kabar, Arif datang membawa sesal.

Namun luka itu terlalu dalam.
Ina masih ingat jelas bagaimana ia menunggu pesan yang tak pernah datang, menahan air mata setiap malam, dan menutupi sakitnya dengan senyum palsu di hadapan keluarga. Kepergian Arif kala itu bukan hanya meninggalkan rindu, tetapi juga menggoreskan luka yang sulit sembuh.

"Kalau kau mencintaiku, kenapa harus pergi begitu saja?" batin Ina bergemuruh.

Setiap kali mengingat wajah Arif, hatinya bergetar di antara dua ujung ekstrem. Ada bagian dirinya yang ingin berlari ke pelukan Arif, merasakan kembali hangatnya genggaman tangan itu. Namun ada pula bagian lain yang ingin menolak, bahkan menghukum Arif dengan dinginnya sikap dan tajamnya kata.

Pertemuan terakhir mereka menjadi saksi betapa rapuhnya Ina di hadapan cinta dan dendam. Arif duduk di seberangnya di sebuah kafe sederhana. Tatapan matanya penuh penyesalan, namun Ina justru menahan pandang, takut matanya sendiri akan mengkhianati hatinya.

"Ina, aku salah. Aku menyesal. Aku ingin menebus semuanya," ucap Arif lirih.

Ina terdiam, jarinya mengepal di bawah meja. Kata-kata itu bagaikan obat sekaligus racun. Ia rindu Arif, tapi dendam menahannya untuk percaya kembali.

"Apa kau tahu, Arif," kata Ina akhirnya, suaranya bergetar, "rinduku padamu sering kali lebih menyakitkan daripada dendamku. Karena rindu membuatku ingin memaafkan, sedangkan dendam membuatku ingat pada luka."

Arif terdiam, hanya mampu menunduk.
Sementara Ina tahu, hatinya sedang terombang-ambing di lautan perasaan yang tak berpihak padanya.

Hari itu, Ina pulang dengan langkah berat. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan: mengikuti rindunya atau tetap menggenggam dendamnya. Namun ia sadar, rindu dan dendam bukanlah musuh keduanya hanyalah bukti betapa dalamnya ia pernah mencintai Arif.

Malam itu, Ina berdiri di depan jendela. Angin membawa dingin, tapi hatinya justru terasa lebih hangat. Entah karena memori indah tentang Arif, atau karena ia mulai menerima bahwa setiap luka akan menemukan jalannya sendiri untuk sembuh.

Arif mungkin menyesal, dan Ina mungkin merindu. Tapi ada hal yang lebih penting dari keduanya: keberanian untuk berdamai dengan hati sendiri. Tapi bila waktunya tiba bertemu, Ina meragu apakah dia sanggup berdiri kokoh mempertahankan diri tanpa tergoda atau malah akan memeluk erat Arif kembali. Entah... biar semesta yang nanti menentukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun