Hari itu, Ina pulang dengan langkah berat. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan: mengikuti rindunya atau tetap menggenggam dendamnya. Namun ia sadar, rindu dan dendam bukanlah musuh keduanya hanyalah bukti betapa dalamnya ia pernah mencintai Arif.
Malam itu, Ina berdiri di depan jendela. Angin membawa dingin, tapi hatinya justru terasa lebih hangat. Entah karena memori indah tentang Arif, atau karena ia mulai menerima bahwa setiap luka akan menemukan jalannya sendiri untuk sembuh.
Arif mungkin menyesal, dan Ina mungkin merindu. Tapi ada hal yang lebih penting dari keduanya: keberanian untuk berdamai dengan hati sendiri. Tapi bila waktunya tiba bertemu, Ina meragu apakah dia sanggup berdiri kokoh mempertahankan diri tanpa tergoda atau malah akan memeluk erat Arif kembali. Entah... biar semesta yang nanti menentukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI