Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Tindik Tubuh (Body Piercing), dari Ritual Pengorbanan sampai Menjadi Tren yang Kekinian

29 April 2021   09:24 Diperbarui: 30 April 2021   11:29 2850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tindik sebagai tren. Sumber: Parapuan via Kompas.com

Sudah lama saya tak mengenakan anting,  cuping telinga memang bolong sejak kecil namun saya nyaris tak pernah memakai anting yang berbahan dasar mas-masan apalagi mbak-mbakan, heaaa.

Entah alergi entah apa, telinga saya bila dipakaikan anting emas mendadak melepuh atau bahasa Jawanya nyenye'en. Nah, untuk menghindari hal tersebut, ibu saya menyisipkan tangkai bulu ayam ke lubang tindikan. Maklum lah ya jaman dulu peredaran aksesoris sangat terbatas, tak seperti zaman kiwari.

Sampai duduk di bangku SMP saya menggunakan anting anti mainstream itu karena takutnya lubang tindikan di telinga menghilang. Tapi nyatanya ketika tak menggunakannya lagi, lubang tindikan saya baik-baik saja.

Ya, menindik atau piercing di telinga pada  umumnya dilakukan ketika masih bayi dengan alasan budaya dan mempercantik bayi perempuan. Seperti halnya tato, tindik telah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu dengan berbagai alasan termasuk sebagai salah satu teknik kecantikan umum dan ekspresi diri.

Otzi yang hidup sekitar tahun 3.300 SM menjadi orang tertua yang memiliki tindik di telinga dengan diameter 7-11 mm.  Yap, Otzi ini memang unik, selain tindik ia pun bertato.

Di Mesir, Raja Tut yang masih belia dan  memerintah sekitar tahun 1332-1323 SM memiliki bukti pernah mengenakan anting sebagai simbol kebangsawanan. Kini di kalangan milenial, "King Tut Piercing" menjadi julukan alternatif sebagai tindik telinga yang direnggangkan.

Ilustrasi : Evening Standard
Ilustrasi : Evening Standard
Julius Caesar mempopulerkan penggunaan anting saat ia memerintah sebagai bagian dari fesyen. Di akhir abad ke-16, para bangsawan Inggris mempopulerkan penggunaan anting demi memamerkan kekayaannya, ish.

Adapun para pelaut di berbagai era kerap memakai anting agar kelak bilamana tewas di laut dan ditemukan, anting itu dapat membayar biaya pemakaman mereka.

Namun demikian, selama berabad-abad, anting digunakan oleh suku-suku primitif dengan alasan takhayul. Ya, kabarnya setan dapat merasuki jiwa melalui telinga namun logam dapat menangkalnya, oleh karena itu dipakailah anting-anting yang terbuat dari logam.

Tindik ternyata tak hanya di telinga saja namun bagian tubuh lainnya dan itu dilakukan sejak zaman dahulu kala.  Ya, dilansir dari situs All That's Insteresting, tindik hidung sangat umum dilakukan oleh suku Barbar dan Badui di Afrika. Saat pernikahan mempelai pria akan memberikan cincin hidung yang ukurannya memperlihatkan besarnya kekayaan si pria.

Pada sekitar abad ke-16, praktik ini dibawa oleh kaisar Mughal ke India, achaaa.... achaaaa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun