Mohon tunggu...
Ika Prihatiningsih
Ika Prihatiningsih Mohon Tunggu... Jurnalis - I am an Author

Kelahiran 12 Juli. Menyelesaikan studi S-I di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Senang menulis sejak duduk di bangku SMA. Ibu dua orang anak dengan banyak karya antologi fiksi maupun non fiksi. Artikel dan fiturnya pun juga sering menghiasi surat kabar. Jurnalis beberapa media online lokal ini pernah kolaborasi menulis sebuku dengan para tokoh: Najeela Shihab, Aan Mansyur, dan sastrawan legendaris Sapardi Djoko Damono. Buku-buku karyanya: Pendidikan Berkemerdekaan, Kota Kata Kita, Menenun Rinai Hujan, Kisah Ramadhan, Rahasia Sekeping Hati, Melangitkan Karya, Membumikan 1000 Puisi, Cerita Sebuah Amplop, dan Wajah Ayu Kesederhanaan. Kini ia sedang giat menulis buku cerita anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunitas Literasi, Riwayatmu Kini

29 April 2020   12:05 Diperbarui: 29 April 2020   12:07 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setidaknya sepuluh tahun terakhir, bermunculan beberapa komunitas yang menamakan diri Komunitas Literasi. Komunitas yang terdiri dari benerapa orang penulis idealis yang resah akan kondisi anak bangsa yang begitu malas berinteraksi dengan buku. Ini sudah budaya dimana orang-orang yang suka membaca di negeri ini menjadi hal yang eksklusif, bahkan malah mendapati julukan kutu buku.

Seiring waktu, kemunculannya semakin banyak. Bak jamur di musim hujan, justru tak lebih sebagai euforia. Terlebih setelah media sosial memuncaki trend milenial. Jejaring sosial menjadi tempat yang strategis untuk mereka yang mencoba menjadi pegiat literasi.

Satu komunitas berdiri kokoh, berhasil melahirkan banyak penulis pemula yang militan dan idealis dalam hal kaidah kepenulisan. Muncul komunitas lain, muncul lagi dan muncul lagi. Ada yang salah? Tidak. Justru dari fenomena kita bisa menilai masyarakat mulai tertarik dan melek tentang dunia buku dan kepenulisan.

Tapi sayang sungguh sayang. Idealisme itu justru luntur seiring kepentingan dan nafsu pribadi yang tersemat. Bertambahnya grup kepenulisan dengan admin yang berilmu literasi ala kadarnya membuat dunia perliterasian ternoda. Ingin tenar, ingin banyak member, ingin dipuji, ingin diapresiasi, ingin viral, ingin laku keras menjadi penyakit yang menjangkit. Ya, kebutuhan eksistensi dan mengisi pundi menjadi tujuan dominan.

Tak heran kini beredar grup yang menamakan diri grup kepenulisan tapi isinya tulisan-tulisan compang-camping tanpa koreksi. Admin yang hanya memiliki ilmu kepenulisan seadanya tidak mampu mengkonter tulisan-tulisan yang masuk.

Akhirnya apa yang terjadi? Banyak tulisan bodong beredar di grup-grup kepenulisan. Ini semacam virus yang berbahaya. Toxic!

Tulisan-tulisan miskin diksi, tanda baca awur-awuran, meninggalkan aturan kepenulisan yang benar, namun bertema krusial sedang laris manis di 'pasaran'. Pelakor, poligami, fanatisme politik, serial adzab ilahi, dsb.

Siapa penikmat tulisan-tulisan ini? Ya mereka para pembaca yang sekelas dengan pemikiran authornya. Tulisan-tulisan semacam ini biasanya menuai like dan followers yang banyak. Komentar-komentar  yang terlontar tidak lagi membahas tentang kaidah kepenulisan yang author terapkan. Hanya berkutat pada isi cerita, bullyan, hujatan, tuduhan, fitnah, nyinyiran dan bukan pembenahan tulisannya dari segi literasi.

Grup literasi sekarang sudah rusak. Terdistorsi oleh banyaknya kepentingan. Namun tidak semuanya begitu. Masih ada meskipun tidak banyak grup kepenulisan yang masih memegang teguh etika literasi dan mampu menghargai karya orang lain dari segi kemasan yang apik dan sesuai aturan meskipun isi tulisan tidak mempertemukan mereka pada titik kesepahaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun