Mohon tunggu...
Ika nur setiyawati
Ika nur setiyawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis amatiran merangkap sebagai job seeker

Hanya ingin berbagi pengalaman ketika berjuang untuk kuliah di Jepang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perjuangan Kuliah di Jepang (1): Hidup Nomaden di Tokyo

26 Mei 2022   07:05 Diperbarui: 27 Mei 2022   03:00 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jepang - Area bernama Sawara di Prefektur Chiba yang menawarkan suasana khas periode Edo.(SHUTTERSTOCK/PixHound)

Sebelum saya memutuskan untuk pindah, sebetulnya kami telah membuat perjanjian dan peraturan, salah satunya mengenai biaya sewa. Namanya juga shared house, biaya apapun kita bagi dua. Dan saya pun menyanggupinya, melihat ketika itu kondisi saya sudah lebih settle. Saya mempunyai beberapa pekerjaan part-time yang nyaman dengan penghasilan yang cukup tinggi.

Setelah satu bulan berlalu, saya mengalami keberuntungan (lagi), biaya sewa yang kita sepakati diawal, beliau gratiskan. Entah apa motivasi beliau sebenarnya, tapi pada intinya saya dibebaskan dari pembayaran biaya sewa. Namun karena saya malu dan tidak ingin menjadi beban beliau, sebagai gantinya, saya pun terkadang membayar biaya listrik, gas (kalau tidak keduluan beliau atau struk tagihan beliau sembunyikan), dan membeli beberapa kebutuhan sehari-hari yang sering kita gunakan untuk memasak.

Aktivitas saya di fase-fase ini sangat padat. Baik weekdays ataupun weekend, saya harus berangkat bekerja dari jam 4 subuh karena harus mengejar kereta pagi dan sampai di rumah lagi sekitar jam 12 malam. 

Lagi-lagi, di momen ini saya merasa beruntung karena beliau tidak merasa terganggu dengan aktivitas yang saya lakukan di mana terkadang sekitar jam 3.30 dini hari dan jam 12 malam saya seringkali membuat kebisingan di dapur karena saya harus menyiapkan sarapan dan  lunch, bahkan makan malam.

Pengalaman satu tahun saya di Jepang ini sangat begitu berharga. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh saya bahwa saya harus mengalami berbagai banyak peristiwa yang menguras air mata. Tapi juga tak jarang banyak sekali keberuntungan yang saya rasakan dalam perjalanan ini.

Bagi teman-teman yang sedang mencari informasi tentang bagaimana rasanya kuliah di luar negeri dengan biaya mandiri, pengalaman saya ini mungkin bisa kalian jadikan salah satu bahan renungan bahwa inilah potret yang sebenarnya terjadi ketika kita memilih jalur ini. Double struggle harus, mental baja sangat perlu. Intinya harus percaya, kalau "sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan". Dan yang terpenting lagi, teman-teman juga harus kuatkan niat dan ikhlas menjalani apapun yang akan terjadi selama dirantau.

Pada tulisan selanjutnya, saya akan berbagi cerita tentang bagaimana cara saya mendapatkan pekerjaan part-time dan pekerjaan apa saja yang pernah saya lakukan selama di Jepang. 

Salam semangat!

*Kisah ini juga telah saya bagikan di kanal YouTube "Ika Nur setiyawati"


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun