Mohon tunggu...
Ika nur setiyawati
Ika nur setiyawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis amatiran merangkap sebagai job seeker

Hanya ingin berbagi pengalaman ketika berjuang untuk kuliah di Jepang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perjuangan Kuliah di Jepang (1): Hidup Nomaden di Tokyo

26 Mei 2022   07:05 Diperbarui: 27 Mei 2022   03:00 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jepang - Area bernama Sawara di Prefektur Chiba yang menawarkan suasana khas periode Edo.(SHUTTERSTOCK/PixHound)

Kurang lebih tiga bulan saya tinggal di apaato beliau, sampai akhirnya saya harus pindah ke rumah salah satu pejabat BUMN di pusat kota Tokyo. Sangat senang sebenarnya karena dapat tempat baru, tapi berpindah-pindah di Jepang sangat melelahkan. 

Pertama, karena jarak dari apaato sampai ke tempat tinggal baru cukup jauh, saya harus berkali-kali ganti kereta. 

Kedua, kondisi jalanan dari apaato menuju stasiun terdekat berbukit-bukit. Mau gak mau, saya harus menggeret-geret koper yang beratnya lebih dari 60 kg bahkan saya juga harus berulang kali menggotong-gotong koper yang berat itu karena harus naik turun tangga. Benar-benar saya merasakan kelelahan.  

Di tempat tinggal yang baru, akhirnya saya bisa mendapatkan kamar sendiri. Kamarnya sangat luas, dengan kasur yang besar dan dilengkapi penghangat ruangan. Rumahnya juga besar bahkan terkesan lebih besar daripada rumah orang Jepang pada umumnya.

Di rumah baru ini, saya bertugas mencuci, mengepel, memasak, dan menyetrika. Sama seperti aktivitas asisten rumah tangga pada umumnya, tapi yang jadi pembeda itu saya bisa melakukan semua aktivitas tersebut disela-sela waktu perkuliahan saya, misalnya sekitar subuh sebelum berangkat ke kampus atau malam hari sebelum tidur.

Rent for free

Saya sangat beruntung bisa jadi bagian dari keluarga beliau. Sampai ketika, beliau harus kembali ke Indonesia. Dan saya harus segera mencari tempat tinggal baru (lagi). 

Namun kali ini, saya sudah mempunyai modal yang cukup untuk tinggal di shared house. Setelah beberapa bulan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dari hasil kerja sebagai asisten rumah tangga dan kerja part time lainnya.

Akhirnya, dapatlah shared house yang lokasinya jauh dari pusat kota Tokyo. Memerlukan waktu sekitar hampir satu jam. Beruntungnya, saya adalah tipe orang yang sederhana. Tidak banyak baju yang saya bawa, bahkan tidak ada satu pun skin care yang saya gunakan kecuali facial wash. Sehingga, dari awal saya datang ke Jepang saya hanya membawa satu koper. Paling yang membuatnya menjadi lebih berat itu karena ada laptop dan juga buku-buku didalamnya.

Total dua kali saya pindah tempat tinggal. Tapi, saya masih juga belum bisa bersahabat dengan itu, tangan saya masih pegal meskipun hanya mendorong satu koper.

Kali ini, teman serumah saya adalah wanita muda yang umurnya beberapa tahun lebih tua diatas saya. Beliau bekerja di sektor pelayanan dan sudah lebih dari lima tahun menetap di Tokyo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun