Bentuknya yang agresif sering muncul di daerah yang terisolasi dan hanya sedikit saja yang mendapat simpati kalangan kota. Fundamentalisme merupakan gerakan reaksi terhadap pola peradaban yang timbul dari proses industrialisasi dan urbanisasi. Aliran fundamentalisme di Amerika melawan arus pemikiran ilmiah yang mendasarkan diri pada penalaran dan arus sekulerisme (Harahap, 1997: 238).
Membaca fenomena fundamentalisme Amerika ini. Yusril Ihza mengatakan dua ciri yang ditunjukkan mereka adalah cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara rigid (kaku) dan literal (harfiah) (Mahendra, 1993: 6-7). Dua ciri ini berimplikasi pada sikap mereka yang sering kali fundamentalis, militan, dan berfikiran sempit, bersemangat secara berlebihan (ultra-zealous) atau cenderung ingin mencapai tujuan dengan cara-cara memakai kekerasan (Raharjo, 1993: 2).
Bahkan menurut Dahlan karena fundamentalime agama ini merupakan sikap yang kaku sehingga tak jarang selalu menampilkan titik-titik kesalahan yang serius, diantaranya : pertama, adanya sikap berlebih-lebihan.Â
Padahal sikap tersebut tidak sesuai dengan hakikat alami manusia. Jika segelintirmanusia saja tidak mampu menghilangkan sikap melampaui batas pada dirinya, dalam waktu singkat mayoritas manusia tidak akan mampu melakukannya.
Kedua, bahwa yang melampaui batas itu tidak akan bertahan lama, karena kapasitas manusia untuk bertahan dan bersabar secara alami terbatas, karena manusia dapat dengan mudah menjadi bosan, ia tidak mampu menahan praktik melampaui batas dalam waktu yang lama.
Ketiga, praktik berlebih-lebihan akan membahayakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban lain. Sebuah ungkapan orang bijak mengatakan "setiap orang yang keterlaluan bagaimanapun akan berdekatan dengan hak yang hilang".
Hakikat Agama dan Pancasila sebagai Objektivikasi Agama
Dengan menguatnya fundamentalisme agama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya perlunya saat ini kita harus menilik, menelaah serta mengembalikan hakikat agama terutama Islam sebagai rahmat bagi seluruh sekalian alam.Â
Menurut Asghar Ali Engineer, Islam datang untung menentang status quo dengan membebaskan kaum yang lemah serta tereksploitasi serta memberantas kaum kuat yang menindas. Dalam hal ini, seharusnya agama terutama Islam seharusnya bersifat membebaskan.
Lalu berdasarkan pandangan Ali Syariati, Islam harus difungsionalisasikan sebagai kekuatan revolusioner untuk membebaskan masyarakat tertindas, baik dari segi kultural, politik terlebih lagi dari segi ekonomi.Â
Hal ini dikarenakan pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bebas atau merdeka dalam menjalankan suatu norma masyarakat. Untuk itu, Islam sangat menentang yang namanya diskriminasi dengan menuntut pemenuhan kebutuhan ekonomi secara merata.