Kesenian tradisional adalah warisan yang tidak hanya memperindah budaya, tetapi juga menjadi perekat identitas masyarakat. Salah satu yang menarik perhatian kami selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kemitir, Kecamatan Sumowono, perbatasan dengan Kabupaten Temanggung, adalah keberadaan kesenian "Warok".
Warok memiliki akar yang beragam. Dari Ponorogo, Jawa Timur, warok dikenal sebagai tokoh kesatria dalam kesenian Reog, berkarakter tegas, berbudi luhur, serta berperan sebagai pengawal sekaligus sesepuh. Sementara di wilayah Jawa Tengah, khususnya Wonosobo dan Temanggung, Warok atau yang dikenal dengan "warokan/tari warok" lebih menonjol sebagai seni pertunjukan rakyat yang lekat dengan tradisi lokal. Tari warok ini kerap hadir dalam berbagai momentum penting, seperti hajatan dan ritual sadranan desa, sehingga menjadi media ekspresi sekaligus sarana kebersamaan.
Selama pengabdian kami di Desa Kemitir, tim KKN tidak hanya sekadar menyaksikan, tetapi juga ikut mempelajari tarian Warok. Dari pengalaman tersebut, kami menyadari bahwa tarian ini lebih dari sekadar gerak tubuh dan irama musik. Ia memuat filosofi tentang kesederhanaan, persaudaraan, dan keberanian. Seni ini mengajarkan bahwa budaya bukan hanya hiburan, melainkan juga identitas yang harus dijaga.
Keterlibatan kami semakin nyata ketika di acara perpisahan KKN, anak-anak desa ikut serta menampilkan tari Warok. Dalam momen itu, tim KKN berperan sebagai fasilitator, membantu proses latihan sekaligus memberikan ruang apresiasi bagi anak-anak agar lebih percaya diri menampilkan seni tradisional mereka. Menariknya, hampir seluruh warga Desa Kemitir sebenarnya bisa menarikan tari Warok. Hal ini karena tarian tersebut memang selalu hadir dalam acara-acara besar dan penting, sehingga latihan bersama sering dilakukan sebagai bagian dari persiapan komunitas.
Sebagai mahasiswa, keterlibatan kami dalam kegiatan kesenian ini merupakan bentuk kontribusi kecil dalam pelestarian budaya. Kami mencoba mendokumentasikan, memperkenalkan kembali kepada generasi muda desa, dan memberi ruang apresiasi bagi kesenian yang mungkin terpinggirkan oleh derasnya arus modernisasi. Kami percaya, upaya pelestarian kesenian tradisional seperti Warok harus melibatkan seluruh elemen masyarakat: pemerintah desa, seniman lokal, hingga pemuda sebagai penerus tradisi.
Warok adalah cermin kebijaksanaan lokal yang meneguhkan kebersamaan. Kesenian ini tidak hanya milik satu daerah, tetapi menjadi identitas bersama masyarakat Jawa. Melalui KKN, kami belajar bahwa menjaga Warok berarti menjaga akar budaya, memperkuat rasa memiliki, serta menanamkan kesadaran bahwa seni adalah jalan untuk mempererat ikatan sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI