Mohon tunggu...
Fika Melistina
Fika Melistina Mohon Tunggu... Mahasiswa

lebih suka mie ayam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teori Perkembangan Kognitif: Kontribusi Jean Piaget dan Lev Vygotsky dalam Pendidikan Moderen

25 September 2025   00:16 Diperbarui: 25 September 2025   00:35 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanfaatkan Teori Perkembangan Kognitif

Pendahuluan

Psikologi perkembangan kognitif telah merevolusi pemahaman kita tentang bagaimana anak belajar dan tumbuh. Dua figur sentral dalam bidang ini adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky, yang teori mereka saling melengkapi meskipun berasal dari perspektif berbeda. Piaget, dengan pendekatan biologis dan individualistik, menekankan proses internal anak dalam membangun pengetahuan. Sebaliknya, Vygotsky, dari sudut pandang sosial-budaya, menyoroti peran interaksi sosial dan konteks budaya dalam perkembangan. Kedua teori ini tidak hanya menjadi dasar penelitian akademik, tetapi juga memengaruhi praktik pendidikan di seluruh dunia, dari kurikulum sekolah hingga program parenting. Artikel ini akan membahas secara mendalam teori Piaget dan Vygotsky, termasuk konsep utama, tahap perkembangan, perbandingan, serta implikasi kontemporer.Pembahasan ini dirancang untuk memberikan wawasan komprehensif bagi pendidik, orang tua, dan mahasiswa psikologi.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Jean Piaget (1896--1980), seorang ilmuwan Swiss yang awalnya biolog, mengembangkan teori perkembangan kognitif melalui observasi rinci terhadap anak-anak, termasuk keturunannya sendiri. Ia percaya bahwa anak adalah "ilmuwan kecil" yang secara aktif membangun pemahaman dunia melalui interaksi dengan lingkungan. Konsep dasar teori Piaget adalah skema, yaitu kerangka mental yang mengorganisir pengetahuan. Perkembangan terjadi melalui adaptasi, yang terdiri dari asimilasi (menyesuaikan informasi baru ke skema lama) dan akomodasi (mengubah skema untuk informasi baru), mencapai ekuilibrasi atau keseimbangan kognitif.

Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan yang universal, sekuensial, dan relatif tetap, meskipun usia bisa bervariasi. Tahap sensorimotor (lahir--2 tahun) melibatkan pembelajaran melalui indera dan aksi motorik. Anak mengembangkan pemahaman objek permanen, di mana benda tetap ada meski tak terlihat---contohnya, bayi yang mencari bola yang terguling. Tahap preoperasional (2--7 tahun) ditandai dengan munculnya bahasa dan imajinasi, tapi pemikiran masih egosentris dan kurang logis. Anak kesulitan dengan konservasi, seperti mengira jumlah air berubah saat dituang ke wadah berbeda.

Tahap operasional konkret (7--11 tahun) memungkinkan berpikir logis tentang hal-hal nyata. Anak menguasai operasi seperti klasifikasi dan seri, misalnya memahami bahwa 5 + 3 = 8 melalui benda konkret. Akhirnya, tahap operasional formal (11 tahun ke atas) memfasilitasi pemikiran abstrak, hipotetis, dan deduktif, seperti memecahkan masalah etis atau ilmiah tanpa contoh fisik. Teori Piaget menekankan bahwa perkembangan didorong oleh maturasi biologis dan eksplorasi individu, dengan lingkungan sebagai pemicu. Kritik utama adalah kurangnya penekanan pada faktor sosial dan budaya, serta penilaian usia tahap yang terlalu kaku berdasarkan studi Barat.

Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky

Lev Semenovich Vygotsky (1896--1934), psikolog dan filsuf Rusia, mengembangkan teori yang sangat dipengaruhi oleh konteks sosialisme Soviet. Ia meninggal muda, tapi karyanya seperti Mind in Society tetap menjadi acuan. Vygotsky menolak pandangan individualistik Piaget, menekankan bahwa perkembangan kognitif adalah proses sosial-historis di mana pikiran dibentuk oleh interaksi dengan orang lain dan alat budaya (seperti bahasa atau simbol). Konsep inti adalah Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu ruang antara apa yang anak bisa lakukan sendiri dan apa yang bisa dicapai dengan bantuan orang dewasa atau rekan yang lebih mahir. ZPD menunjukkan potensi belajar optimal melalui kolaborasi.

Vygotsky juga memperkenalkan scaffolding, dukungan sementara yang diberikan oleh orang dewasa---seperti petunjuk bertahap---yang ditarik saat anak mandiri. Bahasa memainkan peran krusial sebagai alat mediasi: dari dialog eksternal menjadi private speech (bicara pada diri sendiri) yang menginternalisasi pemikiran. Misalnya, anak yang belajar mengikat sepatu mungkin mengulang instruksi orang tua secara verbal sebelum melakukannya sendiri. Berbeda dengan tahap tetap Piaget, teori Vygotsky bersifat fleksibel dan kontekstual; perkembangan bergantung pada budaya, seperti bagaimana anak di masyarakat agraris menginternalisasi pengetahuan melalui cerita lisan.

Kritik terhadap Vygotsky mencakup kurangnya detail empiris tentang usia spesifik dan kesulitan mengukur ZPD secara kuantitatif. Namun, teori ini sangat relevan di era global, di mana pembelajaran berbasis komunitas seperti proyek kelompok mendukung internalisasi sosial.

Perbandingan, Implikasi, dan Relevansi Kontemporer

Piaget dan Vygotsky memiliki persamaan dalam melihat anak sebagai pembangun aktif pengetahuan, menolak model pasif behaviorisme. Namun, perbedaan mendasar terletak pada fokus: Piaget pada proses internal dan tahap biologis, Vygotsky pada interaksi sosial dan variasi budaya. Piaget's tahap tetap kontras dengan ZPD dinamis Vygotsky, yang lebih adaptif terhadap konteks.

Implikasi pendidikan dari keduanya sangat kuat. Teori Piaget mendorong pembelajaran berbasis penemuan, seperti Montessori yang menggunakan manipulasi objek untuk tahap konkret. Vygotsky menginspirasi pendekatan kolaboratif, seperti pembelajaran kooperatif di sekolah Finlandia. Integrasi keduanya terlihat dalam kurikulum modern, misalnya di Singapura, di mana siswa mengeksplorasi individu (Piaget) lalu diskusikan secara kelompok (Vygotsky). Di masa pandemi COVID-19, ZPD virtual melalui Zoom memfasilitasi scaffolding jarak jauh, sementara prinsip Piaget membantu desain konten digital yang sesuai tahap usia.

Penelitian terkini, seperti studi di Child Development (2022), menunjukkan bahwa menggabungkan kedua teori meningkatkan prestasi belajar hingga 25% pada anak SD. Tantangan masa depan termasuk adaptasi untuk inklusi, di mana Vygotsky lebih unggul untuk anak berkebutuhan khusus melalui dukungan sosial.

Kesimpulan

Teori Jean Piaget dan Lev Vygotsky memberikan kerangka esensial untuk memahami perkembangan kognitif, dengan Piaget menawarkan struktur tahap individu dan Vygotsky menambahkan kekayaan sosial-budaya. Bersama-sama, mereka membentuk pendidikan holistik yang menghargai eksplorasi pribadi sekaligus kolaborasi komunal. Di dunia yang semakin terhubung, pemahaman ini krusial untuk mengatasi ketidaksetaraan akses belajar. Pendidik disarankan mengintegrasikan keduanya untuk memaksimalkan potensi anak, sementara penelitian lanjutan bisa mengeksplorasi aplikasi AI dalam ZPD. Warisan Piaget dan Vygotsky memastikan pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan, tapi membangun pemikir kritis yang adaptif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun