Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Communicating Life

PNS yang percaya bahwa literasi bukan cuma soal bisa baca, tapi soal mau paham. Kadang menulis serius, kadang agak nyeleneh. Yang penting: ada insight, disampaikan dengan cara yang asik, dan selalu dari kacamata ilmu komunikasi—karena di situlah saya belajar dan bekerja. Seperti kata pepatah (yang mungkin baru saja ditemukan): kalau hidup sudah terlalu birokratis, tulisan harus tetap punya nyawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kami yang Berpikir, Dia yang Duduk: Saat ASN harus Bertahan di Bawah Pemimpin "Clever Idiot"

9 Juli 2025   15:28 Diperbarui: 10 Juli 2025   08:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap pagi kami masuk kantor dengan kepala berisi target, laporan, dan PR kebijakan. Tapi saat melihat siapa yang duduk di kursi pimpinan, kami sadar: kami harus bekerja dua kali lipat. Satu untuk pekerjaan kami, satu lagi untuk "menambal" ketidakmampuannya.

Kami tidak sedang nyinyir. Kami sedang lelah.

Kami yang Bingung, Dia yang Bingungin

Pernah suatu hari, di grup WhatsApp, kami sedang berdiskusi serius tentang strategi komunikasi. Kalimat demi kalimat mengalir dengan padat dan substansial, sampai tiba-tiba... muncul satu balasan:

"Saya kira itu bisa menjadi point of view yang kita kolaborasikan untuk maksimalisasi."

Hening.
Karena tidak ada yang mengerti maksudnya.

Bahasa Inggris setengah matang, padanan kata yang salah kaprah, dan kadang---serius ini---huruf F ditulis P, dan sebaliknya. "Pasilitas" jadi istilah rutin. "Pormulasi" sudah seperti menu harian. Entah dari mana referensinya, tapi kok ya pede sekali membagikannya.

Kami awalnya berpikir: "Ah, mungkin grogi." Tapi setelah berkali-kali terjadi, kami mulai menduga: ini bukan karena gugup. Ini murni karena memang... dia tidak paham.

Tapi Tetap Duduk Manis

Yang bikin kami makin heran: dia tetap tenang. Bahkan sangat nyaman. Tidak belajar. Tidak merasa perlu berubah. Tidak merasa malu. Karena toh... semua tetap berjalan.

Kursi jabatan tak membuatnya tertekan, justru membuatnya kalem. Karena setiap keputusan tinggal bertanya ke staf, lalu ditulis ulang dengan redaksi asal-asalan. Habis perkara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun