Mohon tunggu...
Rodhiyah Nur Isnaini
Rodhiyah Nur Isnaini Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cara Anak Menuangkan Pikiran

24 April 2020   03:02 Diperbarui: 24 April 2020   03:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seluruh aktifitas pada anak usia dini merupakan caranya mengenal dunia. Pada anak usia dini menggambar merupakan hal yang penting. Karena dengan menggambar, anak akan belajar bagaimana cara memegang alat tulis, menuangkan imajinasi, mengenal warna, melatih kesabaran, menceritakan hasil yang digambarnya, membuat karya, dan banyak lainnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa menggambar adalah caranya untuk berkreasi. Kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang dilibatkan ketika anak menggambar. Banyak studi menyebutkan bahwa orang dewasa kalah jauh dalam hal kreativitas. Dalam artikel 2009 untuk The Dana Foundation juga menjelaskan bahwa menggambar dapat meningkatkan fungsi kognitif dan para peneliti juga berhipotesis bahwa melakukan segala jenis seni dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus.

Ketika anak tidak mempunyai media untuk menggambar, mereka memiliki banyak cara. Salah satunya dengan menggunakan dinding untuk menuangkan berbagai ide dalam pikirannya. Dinding merupakan sasaran yang paling diminati anak untuk menuangkan banyak warna di dalamnya. 

Namun hal tersebut berkebalikan dengan cara pandang orang dewasa dan menjadi masalah baru, karena risih atau malu ketika ada tamu yang akan melihat tembok yang penuh dengan coretan-coretan acak dan tidak beraturan. Sehingga lebih menyuruh anak untuk berhenti melakukan aktifitas menggambarnya. 

Mencoret dinding memang perbuatan yang salah. Tetapi menghentikan anak berkreasi justrul kesalahan yang sangat fatal. Bukan berarti anak diperbolehkan mencoret dinding terus-menerus, harus tetap diberi arahan bahwa perbuatan mencoret dinding merupakan perbuatan yang tidak baik. Bisa dengan menyebutkan akibat yang ditimbulkan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, misalnya dinding menjadi tidak enak dilihat, dinding menjadi kotor, dan lain sebagainya.


Tetapi jangan hanya sekedar melarang dan kemudian dibiarkan begitu saja. Hal ini tentu tidak baik bagi anak. Terlebih lagi apabila jumlah larangan terlalu banyak, sehingga membuat anak kurang kreatif atau menjadi tidak percaya diri. Berikan juga solusinya, bisa dengan memberi anak kertas kosong, menyediakan ruangan khusus yang di dalamnya anak bebas berkreasi, membuat karya yang kemudian ditempel di dinding, membuat karya tidak sekedar coretan acak pada dinding, membuat lapisan kertas selebar dinding, dan lain sebagainya.

Jadi, berikan larangan dan berikan juga solusinya. Jangan sampai kesalahan yang tidak sengaja diperbuat, malah berpengaruh buruk kepada cara berfikirnya dewasa nanti.


Semoga Bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun