Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terhambat karena Kedengkian

17 September 2016   10:45 Diperbarui: 17 September 2016   11:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Iip Syarip Hidayat

Kebahagiaan merupakan tujuan hidup seseorang, karena siapa sih yang tidak mau hidup bahagia, senang, mapan, aman, terhormat, tentram, dan puas terpenuhi segaalnya.  Sederatan ungkapan diatas merupakan obsesi manusia sejak dulu sampai modern sekarang. Dengan demikian obsesi hidup di Dunia, sebenranya tak jauh – jauh dari kata “ bahagia” tersebut.

Sudah bahagiakah hidup anda ?

Saya mempunyai sedikit gambaran untuk menjawab pertanyaan diatas. Kebahagiaan akan muncul ketika kita meperoleh apa yang kita cita- citakan. Namun ada beberapa hal yang bisa menghambat kebahagiaan kita ketika hati kita masih tersimpan rasa dengki. Orang tidak mungkin bisa hidup bahagia jika dalam hatinya masih tersimpan rasa dengki. Tampaknya sepele, tetapi dengki bisa menjadi virus yang menggerogoti hati, sehingga menimblkan keresahan dan kegelisahan dalam hati. 

Jika hati dan jiwanya resah gelisah jika melihat nikmat yang diperoleh orang lain, maka dari mana kita akan merasakan hidup enjoy ? Dadanya sesak jika orang lain  mendapat kebahagiaan. Hatinya tidak rela jika kenikmatan itu tak jatuh pada dirinya. Disamping ketidak tenangan hidup, dampak lain yang membuat tidak enjoy hidup adalah timbulnya permusuhan antara dirinya dengan yang menjadi sasaran kedengkiannya. Dampak yang lebih dahsyat lagi adalah timbulnya persaingan tidak sehat, penganiyaan, bahkan sampai pembunuhan. Wah ngeri juga ya !

Ketidak enjoyan dalam menjalani kehidupan,dikarenakan qolbunya yang sakit. Kedengkian adalah satu penyakit hati yang sulit dihilangkan. Penyakit  ini tumbuh karena kedangkalan dalam berfikir dan sempitnya hati dalam menghadapi kenyataan, sehingga jiwaya selalu goyah setiap kali melihat orang lain memperoleh karunia atau kesuksesan diatas dirinya, lalu terbersitlah niat jahat dalam hatinya untuk memindahkan karunia itu kepada dirinya, walaupun  kedudukan dan kenikmatan itu memnag pantas dimiliki orang tersebut. Naudzubillah!

Orang yang berjiwa besar tidak akan pernah dijangkiti penyakit dengki ( hasud ). Penyakit ini timbul dari dalam jiwa yang kerdil, kemauan yang lemah dan mental yang bejad.

Dalam pepatah disebutka “ orang yang dengki tidak akan mulia pasti “.walaupun peptah itu singkat tetapi isi dan maknanya tidak sependek kalimatnya.ia mengandung hikmah dan tujuan yang dalam. Tidak ada orang yang dalam hatinya memperoleh bibit – bibit kedengkian akan memperoleh kemuliaan, melainkan akan kemeranaan hati karena mendapat cemoohan dan kucilan dari masyarakatnya.

Dengan demikian, jelas bahwa kedengkian itu diakibatkan oleh jiwanya yang sakit, yang menganggap dirinya paling hebat, paling mulia, paling terhormat, paling kaya, sehingga ia menganggap orang lain rendah dan hina, tidak berhak memperoleh kedudukan, kesenangan, kekayaan dan kemuliaan, hanya dirinyalah yang berhak memperoleh semua fasilitas tersebut. Padahal orang lain melihat dirinya ibarat katak dalam tempurung, yang sedikit wawasan dan rendah ahkalnya.

Selama penyakit hati masih bersarang dalam dadanya, mana mungkin dirinya bisa hidup dengan santai apalagi enjoy. Karena pola hidup santai dan bahagia adalah pola hidup yang mengarah kepada ketaqwakalan, qona’ah, dan lapang dada, terutama dengan nikmat dan karunia yang diperoleh orang lain.

Sesorang baru bisa hidup bahagia jika orang itu mau befikir panjang dan berlapang dada, serta menyadari kekurangan dan kelemahan dirinya. Jika ingin memperoleh seperti apa yang diperoleh orang lain, maka ia harus berusaha meraihnya.  Kedengkian hanya akan menyengsarakan lahir dan batin. Semoga kita dijauhkan dari sifat- sifat demikian, Amiin.  Semoga bermanfaat !

16 september 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun