Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadan Terakhir Bersama Abah

4 Mei 2022   11:42 Diperbarui: 4 Mei 2022   11:45 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Abah bagaimana kabar" tanyaku dengan nada senang.

"Abah sehat, kamu sama anak-anak bagaimana kabar?" jawab ayah dengan penuh semangat.

"Alhamdulillah sehat semua" percakapanpun berlangsung lama, Aku dan anak-anak sangat rindu sama Abah, demikianpun sama Abah, aku mendengar suranya riang pertanda Abah bahagia. Dan aku berjanji lebaran tahun ini akan pulang, dan seperti biasanya Aku akan bertanya pada Beliau, mau dibawain oleh-oleh apa?, dan untuk hadiah lebaran mau di belikan apa?, soalnya Abah suka agak susah dan maunya milih sendiri, dan untuk hadiah lebaran tahun ini pun nanti saja kalau sudah di rumah Abah, Abah mau milih, ini pertanda kalau Aku harus mudik tahun ini.

Bulan Ramadan yang penuh berkah dan hikmah, apapun akan menjadi ibadah, kebahagaiaan dalam keluarga bisa terasa di saat berbuka dan makan sahur, tarawih dan tadarus, semua kegiatan menambah kebahagiaan kami, bagaimana kami mendidik putra-putri kami, tidak lepas dari nasehat dan ilmu dari Abah, Abah yang keras namun lembut, Abah yang displin, bagaimana Abah membiasakan kami sejak kecil,untuk menjadikan rumah sebagai sekolah dasar bagi kami dan anak-anak, apalagi Aku sebagai Ibu, Abah selalu bilang kalau Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya al-ummu madrasatulul-ulla, masih Aku ingat dan akan terus Aku ingat kata-kata bijak Abah, bagaimana Abah mendidik kami dengan keteladanan Rasulullah, mulai berbicara, makan, belajar, dan bahkan hal- hal yang menyertai ibadah pun seperti menutup aurat, siapa mahram dan siapa muhrim, itu sangat luar biasa, sampai Abah menjelaskan setiap perintah dengan disertai dalil sebagai dasar hukumnya, Abah adalah guru besar kami putra-putri Beliau, semoga semua kebaikan Abah buat kami, Allah balas dengan berjuta-juta kebaikan yang menyertainya.

Tidak terasa bulan istimewa ini akan meninggalkan kami, sedih sekali, namun bahagia buat Diva dan Dimas, bagaimana tidak?, kami akan segera ke rumah eyang. Setelah waktu libur tiba, persiapan sudah kami lakukan jauh-jauh hari, mulai hadiah lebaran buat adikku dan istrinya, dua keponakanku, Bi Oom dan Mang Hadi, mereka yang selalu setia menemani Abah, Mang Dede marbot setia di masjid milik Abah, dan terpenting oleh-oleh buat Abah, rasanya jiwa ini sudah ada di pelukan Abah, hemmmm, perjalanan yang jauh dari ujung timur Pulau Jawa sampai ujung barat Pulau Jawapun, serasa menyenangkan sekali.

                                                        ***

Alhamdulillah kami sampai di rumah Abah, rumah besar itu penuh kenangan, masih tetap bercat hijau, balai besar nan kokoh pun masih berdiri, hamparan rumput hijau, rangkaian bunga dan tanaman obat berjejer di balik pagar besi, rapi, asri, dan meneduhkan, semuanya menandakan penghuninya yang mencintai alam, ramah, bersih, dan entah apalagi yang bisa Aku gambarkan rumah masa kecilku, tak banyak berubah memang, ketika Aku turun dari mobil, sosok yang tak asing bagiku menyambut dengan senyuman dan tetesan air mata, merentangkan kedua tangannya yang siap menyambut  dan memeluk kami, pelukkan erat tanpa kata hanya airmata saksi bahwa kami rindu serindu-rindunya.

"Abah sehat" pelukkanku semakin erat.

"Alhamdulillah sehat" sambil melepaskan pelukan dan membimbing kami masuk ke dalam.

Rumah ini sejak dua puluh tahun aku tinggal dan hanya setahun sekali Aku menengoknya, tak banyak berubah, deretan poto pernikahan putra-putri Abah yang tertata rapi, pun deretan foto wisuda putra-putri dan bahkan foto semua cucu Beliaupun  masih rapi, bahkan semakin bertambah koleksinya. Suasana rumah ini yang membuat Aku rindu, rumah yang penuh cerita, dan akhirnya kami duduk bersama bercerita sampai tiba waktu maghrib, Bi Oom yang sudah Aku pesankan untuk masak kesukaan kami. Hidangan berbuka sudah siap di meja makan.

Aku tahu Abah kesepian di akhir perjalanan hidupnya, Aku tak ingin melewatkan sedetikpun waktu agar selalu bersama Beliau, Aku ingin menebus kesepian Abah, yang selama ini Abah rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun