"Silahkan Anando....!" Jawabku sambil menyentuh pundaknya sebagai bentuk kalau aku mengizinkan.
"Bu Guru...ko gak sama dengan guru lain...." Tanya dia.
"Bu Guru gak pernah marah....." lanjut Anando.
Deghhh... (sebenarnya aku ingin marah, tetapi kemarahanku akan membuat suasana semakin keruh, Anando akan sulit mengendalikan emosinya).
"Anando mau bu guru marah .....?" sahutku untuk memancing jawaban dia.
"Tidak Bu.....kayaknya bu guru gak pantes kalau marah..." sahut dia lagi (sambil memegang tanganku untuk meyakinkanku).
Anando anak yang baik, karena dia sulit mengedalikan emosi, energi yang berlebihan inilah aku arahkan dengan cara melibatkan dia dalam setiap kegiatanku, mulai menata buku di meja, menata lemari, menghapus papan tulis, menyiram bunga, piket kelas, dan pastinya aku dampingi (takut berbuat onar/diganggu teman-temannya).
Anando yang tak pernah mengeluh, selalu datang lebih awal dan pulang paling akhir. Dia yang selalu ringan tangan membantuku ataupun sahabat-sahabatnya, satu yang perlu kita hindari membuatnya marah atau tersinggung.
Aaaahhh masa itu, aku rindu sekali, walaupun kamu berbeda tapi kamu sangat istimewa. Ada peristiwa yang sampai saat ini masih aku ingat, kamu yang selalu ada buat teman-temanmu juga ibu (setelah beberapa kali aku beri pengertian ke anak-anak, bahwa Anando anak yang istimewa, maka sedikit banyaknya teman-teman Anando mulai mengerti).
                           *****
Seselainya ujian kelas 6 (karena aku mengajar di kelas 6), karena lama waktu libur selepas ujian, Anando datang ke sekolah bersama kakaknya (setelah menghubungi saya dan membuat janji). Anando datang dengan pakaian yang sangat rapi sekali, dia terlihat dewasa sekali.