Agatha. Nama yang dulu hanya sekadar nama, kini berubah menjadi segalanya. Aneh, bukan? Bagaimana satu nama bisa mengubah cara Alena melihat dunia. Dulu, nama itu hanya sebuah suara di antara ratusan suara lainnya. Biasa saja. Tak ada yang istimewa. Tapi sekarang? Nama itu seolah punya gravitasi sendiri, menarik setiap pikirannya ke satu arah yang sama. Setiap kali namanya disebut, ada getaran kecil yang muncul di dadanya. Alena tak pernah membayangkan akan ada hari di mana ia akan mengingat nama itu dengan senyum, dengan rindu yang tak bisa dijelaskan. Nama itu kini melekat di pikirannya, seperti lagu yang terus-menerus diputar tanpa henti. Tak perlu diperintah, tak perlu dipaksa. Nama itu hadir begitu saja, kadang di pagi hari saat ia menyesap teh, kadang di malam hari saat ia memandangi langit tanpa alasan. Nama itu bukan lagi sekadar nama. Itu adalah kisah. Kisah tentang seseorang yang awalnya hanya siluet, lalu perlahan menjadi tokoh utama dalam hidupnya.
Setiap pertemuan dengan Agatha, tak peduli betapa singkatnya, selalu menyisakan kesan yang dalam. Bukan karena kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi karena cara mereka bisa berbicara tanpa banyak berkata-kata. Agatha membuat Alena merasa nyaman dengan kehadirannya yang sederhana. Dalam setiap obrolan, dalam setiap tawa, Alena merasa dunia menjadi lebih ringan, lebih mudah dijalani. Agatha tidak pernah memaksakan diri, tidak pernah menuntut lebih, tetapi ia selalu ada menjadi tempat yang bisa Alena tuju saat rindu datang, atau saat ia merasa lelah dengan dunia. Semua itu seperti melodi yang terdengar samar di kejauhan, namun semakin dekat, semakin jelas. Mungkin memang begitu cara cinta bekerja ia datang perlahan, seperti angin yang tak terlihat, namun bisa dirasakan setiap saat. Dulu, Alena tidak pernah membayangkan bisa merasa begitu dekat dengan seseorang yang awalnya tidak pernah ia bayangkan.
Kadang Alena merasa, mungkin hidup itu memang tentang menemukan orang-orang yang tanpa sadar menulis cerita dalam hatimu. Agatha adalah kisah yang ditulis tanpa rencana, tanpa tuntutan, namun begitu sempurna. Seperti sebuah puisi yang mengalir, sederhana namun penuh makna. Dulu, Alena selalu percaya bahwa cinta itu datang dengan gemuruh dan percikan api yang membara. Tapi bersama Agatha, ia sadar bahwa cinta itu datang dengan cara yang lebih tenang. Seperti hujan yang jatuh perlahan, menyejukkan, dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan.
Maret 2022 lalu...
Setelah liburan panjang, Alena dan sepupunya sedang berada di terminal. Mereka mengantar paman Alena yang akan kembali ke kota untuk melanjutkan pekerjaannya. Terminal itu cukup ramai, dan di tengah keramaian, Alena melihat seorang pemuda yang sedang menunggu transportasi menuju kota tempat kuliahnya.
Alena sempat melirik pria itu sejenak, namun ia tidak terlalu memperhatikannya. Sosok itu tampak asing bagi Alena. Meskipun ia mendengar sepupunya berbincang akrab dengan pria tersebut, Alena hanya mengenal orangtua pria itu lebih tepatnya, mereka sering bertemu di berbagai acara. Namun, Alena sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan pria tersebut.
Sepupunya tampak asyik mengobrol, sementara Alena hanya menyapa sekilas. Tidak ada percakapan lebih dalam di antara mereka, karena Alena lebih fokus pada paman mereka yang harus segera berangkat. Ia hanya menganggap pertemuan itu sebagai kebetulan, sebuah momen singkat yang berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kesan yang berarti.
Namun, tak lama setelah itu, pria itu mengajak Alena mengobrol. "Eh, kamu kelas berapa sekarang?" tanyanya dengan santai. Alena sedikit terkejut, karena ia tidak menyangka pria itu akan mengajaknya berbicara. "Oh, saya...masih SMA, tahun depan mau masuk kuliah"Â jawab Alena, sedikit ragu.
Pria itu tersenyum dan melanjutkan, "Kalau boleh tahu, kamu mau kuliah di mana nanti?" Alena menggeleng pelan, merasa bingung. "Sebenernya belum ada rencana sih, masih mikir-mikir," jawab Lia jujur.
Tanpa merasa canggung, pria itu memberi beberapa saran. "Kalau kamu bingung, bisa coba di Jawa, ada beberapa kampus yang bagus". Alena mendengarkan dengan seksama, meskipun ia tidak terlalu tahu banyak tentang itu.
Paman Alena akhirnya pergi, dan mereka pun meninggalkan terminal setelah mengantarnya. Alena merasa pertemuan itu sudah terlupakan sebuah kebetulan semata. Ia tidak pernah menyangka bahwa beberapa waktu kemudian, pemuda yang ditemuinya di terminal itu akan kembali muncul dalam hidupnya dengan cara yang tak terduga.
Juni 2023...
Suatu hari, di tengah rutinitas yang terasa monoton, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. 'Agatha mulai mengikuti Anda,' tulisnya, dengan gambar profil yang tidak dikenalnya. Alena mengernyitkan dahi. Siapa dia? Mengapa tiba-tiba mengikuti akun Instagramnya? Sebelum ia sempat melanjutkan berpikir, notifikasi DM pun muncul, dari orang yang sama. 'Assalamualaikum,' tulisnya singkat. Alena memandangi layar ponselnya sejenak. Pikirannya berkelana, merasa sedikit bingung dengan kejadian yang begitu tiba-tiba ini. Namun rasa penasaran segera mengalahkan kebingungannya. Ia membuka pesan itu perlahan, tak tahu bahwa ini akan menjadi awal dari percakapan yang mengubah banyak hal.