Mohon tunggu...
iin lyla
iin lyla Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Karya Tulis sebagai Tradisi Kaum Intelektual di Tengah Hiruk-pikuk Politik Demokrasi

5 Februari 2018   03:04 Diperbarui: 5 Februari 2018   04:45 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 wajah perpolitikan di Indonesia hingga kini masih diwarnai persaingan tajam kekuatan politik dominan yang mengakibatkan perpecahan di tingkat masyarakat sulit disembuhkan.

Seperti yang kita ketahui, adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. Ada banyak sekali tindakan - tindakan persaingan tidak sehat yang dilakukan antara partai politik yang satu dengan partai politik yang lainnya. Tindakan tersebut dilakukan oleh anggota partai politik, pengurus partai politik, pendukung partai politik, serta masyarakat yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang politik tetapi memilih untuk mencoba melakukan tindakan tersebut.

Sangat disayangkan jika masalah ini akan terus melanda negara Indonesia. Banyaknya partai merupakan bentuk dari kemajemukan bangsa yang seharusnya dijadikan pemersatu, bukan pemecah apalagi penghancur.

Tidak berhenti di situ, masalah lain yang kini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia ialah banyaknya partai politik yang memilih selebritis terkemuka untuk berkecimpung atau menjadikan anggota dalam partainya dengan maksud rakyat lebih dominan memilih karna kepopuleran yang melekat pada dirinya.

Kepopuleran tidak bisa menjamin bagaimana kinerja yang akan diwujudkan. Padahal, yang dibutuhkan dalam dunia politik bukanlah status kepopuleran, melainkan kinerja optimal yang dapat membangun politik Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi politik yang ada di Indonesia saat ini mengalami keterpurukan. Perpolitikan yang tidak sehat adalah salah satu penyebabnya. Banyak politisi di Negara ini yang terlilit korupsi. Mengutamakan kepentingan pribadi diatas segalanya, tidak peduli berapa banyak yang dirugikan atas tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan seorang pemimpin. Bahkan, tidak sedikit pejabat dan tokoh yang hanya bisa bercuap - cuap dilayar televisi mencaci maki kinerja tanpa memberikan solusi untuk memecahkannya.

Seperti yang kita ketahui, sampai saat ini masih banyak sekali masalah dalam dunia perpolitikan yang dialami oleh Negara Indonesia. Dengan adanya beragam masalah, sudah seharusnya masyarakat turut andil untk memulai perubahan, telebih generasi muda yang merupakan harapan bangsa.

Generasi muda adalah penentu masa depan bangsa. Baik buruk suatu bangsa berada ditangan anak muda, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Revolusioner yakni "berilah aku sepuluh anak muda, maka aku akan guncangkan dunia". Hal tersebut mengungkapkan bawasannya betapa pentingnya peran anak muda dalam kehiduapn berbangsa dan bernegara. Betapa diakuinya kualitas pemikiran pemuda sebagai terobosan menuju bangsa yang sejahtera.

Untuk memperkuat peran generasi muda dalam ranah kehidupan sosial politik, maka generasi muda harus mampu membawa dirinya menjadi intelektual sejati, bukan intelektual-intelektualan atau kader intelektual yang mekanik bukan organik. Generasi muda harus mampu menciptakan perubahan sosial yang lebih baik.

Peran mahasiswa sebagai Agent of Change. Salah satu bentuk optimalisasi, sebagai agen perubahan, mahasiswa tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Karena sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar.

Namun untuk mengubah sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri. Mahasiswa diharapkan tidak menjadi mahasiswa yang pragmatis, menerima apa adanya tetapi tidak memperhatikan keadaan yang semakin rusak, hanya menerima teori, hanya pintar beretorika, bicara ini dan itu namun kemudian tidak mempunyai aksi nyata dan konkrit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun