Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Itu

5 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 18 November 2021   07:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan, Sumber: https://amanat.id/mengembalikan-makna-kata-perempuan/

"Lama banget buka pintunya!" bentak suamiku.

"Ayo, Sayang, kita masuk!" kata suamiku menarik tangan perempuan itu. Perempuan itu hanya tersenyum seolah-olah mengejekku. Aku begitu terpukul dengan senyumannya. Aku pun langsung menutup pintu dan mengikuti suamiku yang membawa perempuan itu ke kamar tamu.

"Mas, ini maksudnya apa? Kenapa kamu membawa perempuan ini ke rumah?" tanyaku dengan nada tinggi.

Suamiku hanya terdiam. Dia terus berjalan dan aku menarik tangan suamiku.

"Ada apa ini, Mas? Siapa perempuan ini?" tanyaku dengan penuh emosi. Kulihat perempuan itu hanya tersenyum sinis kepadaku. Suamiku mengibaskan tanganku dan masuk ke kamar tamu. Dia menutup pintunya. Aku mendorong pintu sambil menangis. Aku terus mengetuk-ngetuk pintu sambil teriak memanggil suamiku. Tiba-tiba pintu dibuka.

"Bisa diam, enggak?!" bentak suamiku. Dia menatapku dengan sangat marah seolah-olah ingin menerkamku.

"Mas, siapa perempuan itu?!" tanyaku sambil menangis.

"Bukan urusan kamu!" katanya cuek.

"Lah, aku ini istri Mas. Aku berhak tahu. Jadi, ini alasan kamu pulang larut malam tanpa kabar? Ternyata kamu punya simpanan. Sekarang kamu berani membawa dia ke rumah. Apa Mas sudah tidak menghargaiku sebagai istri?"

"Menghargai katamu? Dari awal saya tidak cinta sama kamu!" kata-kata itu keluar kembali dari mulutnya. Aku seperti disambar petir mendengar kata-kata suamiku. Aku pikir suamiku sudah bisa mencintaiku, ternyata tidak. Kesabaranku mulai hilang.

"Mas, selama ini aku bertahan dalam hubungan kita. Aku berusaha menjaga cinta kita. Aku berusaha agar kamu bisa mencintaiku dengan tulus. Sekarang, hasil buah cinta kita adalah Deva dan Mas masih mengatakan tidak cinta?" tanyaku dengan suara tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun