Mohon tunggu...
Iim Ibrohim
Iim Ibrohim Mohon Tunggu... Ilmuwan - dosen

Dosen di Universitas Muhammadiyah Bandung, dan Ketua Yayasan Mutiara Embun Pagi Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tiga Bekal Perjuangan

20 Agustus 2023   14:35 Diperbarui: 20 Agustus 2023   14:51 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dari Abu 'Abdillah Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya perkara yang halal itu telah jelas dan perkara yang haram itu telah jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang (samar), tidak diketahui oleh mayoritas manusia. Barang siapa yang menjaga diri dari perkara-perkara samar tersebut, maka dia telah menjaga kesucian agama dan kehormatannya. Barang siapa terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka dia telah terjatuh kepada perkara haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan (hima), dikhawatirkan dia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja itu mempunyai hima, ketahuilah bahwa hima Allah subhanahu wa ta'ala adalah segala yang Allah subhanahu wa ta'ala haramkan. Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia terdapat sepotong daging. Apabila daging tersebut baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan apabila daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu (hati). [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

Menjemput rizki dilakukan dengan beraneka cara. Setiap orang melakukan dengan keterampilannya masing-masing. Sebagian meraihnya dengan cara ideal dan penuh kehati-hatian, sebagian lagi memilih cara pragmatis. Di Indonesia khususnya, mencari rizki dilakukan bukan hanya oleh kaum Adam, melainkan kaum Hawa. Terlebih sulitnya memperoleh suatu pekerjaan, dan kebutuhan yang semakin meningkat. Dengan perkembangan zaman pula, cara yang dilakukan lebih bervariasi. Banyak yang juga yang melakukan cara online. Semua itu tentu membutuhkan banyak kajian dan batasan, agar kehalalan rizki yang akan diperoleh akan lebih menentramkan.

Bekal ketiga ialah amalan yang diterima. Untuk dapat diterima suatu amalan, terdapat beberapa syarat, di antaranya pertama dilandasi keimanan, kedua niat yang lurus, ketiga sesuai dengan contoh rasulullah, keempat dilakukan secara ikhlas, dan kelima berdampak sosial. Rasulullah saw bersabda;

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. (Q. al Nahl ; 97).

Syarat kedua ialah niat. Tanpa niat yang tulus, maka amalan yang dilakukan hanya akan mendapatkan sesuatu yang kecil saja . Rasulullah saw bersabda;


: : ( ( ).

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab adia berkata: 'Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.".
Syarat ketiga yaitu sesuai dengan yang dicontohkan, dalam hal ini rasulullah saw bersamba;


.

"Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perkara (agama) kami ini apa yang bukan termasuk darinya, maka ia tertolak, atau barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak," maka hadits ini menunjukkan dengan manthuq (teks) dan mafhum (konteks)nya. (Hr. Muslim).

banyak ayat al quran yang memerintahkan kita berlaku ikhlas, salah satunya terdapat dalam al quran sebagai berikut;
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus." (Q.S al Bayyinah; 5).

Terakhir, ibadah yang kita lakukan mesti berdampak sosial. Tidak elok, jika seseorang yang ruku dan sujud dengan cukup lama kepada Allah, tetapi selesai shalat ia berlaku sewenang-wenang kepada orang lain. Puasa full 1 bulan lamanya bahkan ditambah dengan yang Sunnah, tetapi masih tidak peduli dengan orang-orang yang kelaparan dan kesulitan. Ibadah Haji dan mengulang-ulang pergi berumrah yang penuh pengorbanan baik harta maupun jiwa, tetapi sepulang dari ibadah ia tidak peka pada masalah-masalah yang dirasakan orang sekitar baik yang ditemuinya. Allah SWT. berpesan;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun