Mohon tunggu...
Iim Ibrohim
Iim Ibrohim Mohon Tunggu... Ilmuwan - dosen

Dosen di Universitas Muhammadiyah Bandung, dan Ketua Yayasan Mutiara Embun Pagi Bandung

Selanjutnya

Tutup

Diary

Yang Tersisa dari Bunda (Sepenggal Kisah Perjalanan Hijrah)

25 Juli 2023   11:22 Diperbarui: 25 Juli 2023   11:29 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedatangan nabi Muhammad saw dan Kaum Muhajirin di Madinah disambut suka cita. Salahsatu bentuknya ditunjukan oleh pengakuan dari Kaum Anshar. Mereka menawarkan apa yang dimilikinya. Tak terkecuali dengan seorang ibu Bernama Ummu Sulaim. Saking ingin mendapat keberkahan, dia menawarkan harta yang tersisa darinya yaitu putranya bernama Anas bin Malik. Putranya itu diminta untuk membantu kebutuhan harian nabi saw. Usia anas bin Malik saat itu baru menginjak 10 tahun. Namun demikian, Ummu Sulaim berupaya meyakinkan kepada nabi saw bahwa anaknya seorang yang rajin dan dapat membantunya.

Sebagai seorang utusan Allah SWT yang penuh keteladanan, nabi Muhammad saw menerima Anas bin Malik untuk tinggal bersamanya. Beliau memperlakukan layaknya anaknya sendiri. Lebih dari itu, beliau memberi panggilan mulia kepada Anas dengan panggilai Unais. Pun demikian, Anas bin Malik menunjukan kepada nabi saw perilaku sebagaimana yang telah diamanahkan ibunya.

Beberapa saat dari penyerahan sang anak, Ummu Sulaim kembali menjumpai Rasulullah. Melalui hadits sahihnya diterangkan;

Dari Anas ra. Dari Ummu Sulaim sesungguhnya ia berkata; Ya Rasulullah, Anas ialah pembantumu. Berdoalah kepada Allah SWT untuknya. Rasulullah saw bersabda; Ya Allah perbanyaklah Anas hartanya, anaknya dan berkahilah atas apa yang telah Engkau berikan kepadanya (Mutafqua alaih).

Sejarah mencatat, Anas kemudian menjadi seseorang yang memiliki harta banyak. Kebun kurmanya tidak berhenti berbuah. Selain itu, di usianya 107 tahun memiliki 120 anak yang saleh dan salehah. Keberkahan lain yang diperoleh Anas bin Malik, beliau meriwayatkan hadits nabi saw hingga mencapai 2886. Urutan ketiga setelah Abu Khurairah dan Ibnu Umar. 

Anas bin Malik mendampingi rasulullah saw selama 10 tahun. Kebersamaannya diakhiri bukan oleh hal lain, melainkan karena dipanggilnya Rasulullah saw oleh Allah SWT. Di usia ke 20 tahun itulah, Anas bin Malik merasakan kesedihan yang tiada tara. 10 tahun mengabdi, 10 tahun itu pula merasakan kasih sayang tiada tara.

Sebenarnya, yang pernah mengabdi atau menjadi pembantu Rasulullah saw bukan hanya Anas. Terdapat beberapa sahabat yang turut serta mengabdi, di antaranya; 1) Abdullah bin Mas'ud : Melayani sandal dan siwak Nabi, 2) Uqbah bin Amir Al-Juhani menuntun bighal nabi dalam perjalanan, 3) Asla bin Syarik mengurus hewan kendaraan Nabi, 4) Bilal bin Rabah maula Abu Bakar Siddiq mengumandangkan adzan, 5) Ummu Aiman menuangkan air ketika nabi berwudhu dan bersuci, 6) Rabbah Al-Aswad pengawal dan asisten nabi, 7) Abu Musa Al-Asy'ari satpam, 8) Adh-Dhahak bin Suyfan mengurus pedang Nabi, dan 9) Dzur bin Abi Dzur Al-Ghifari memerah susu unta.

Melalui kisah singkat di atas, terdapat beberapa pesan tersirat;

  1. Mari kita berusaha untuk selalu berbuat kebaikan dengan apapun yang kita miliki. Harta, jiwa, pikiran, tenaga, dan apapun bentuknya. Hal itu telah dicontokan Ummu Sulaim yang saking ingin berbagi, hal terakhir yang dimiliki diberikannya.
  2. Mari kita sama-sama membiasakan untuk meminta kebaikan berupa doa kepada orang-orang yang dianggap saleh oleh kita. Kekuatan doa sangat dahsyat. Hal itu juga ditunjukkan Ummu Sulaim yang meminta doa untuk anaknya kepada Rasulullah saw.
  3. Mari kita sama-sama menunaikan tugas atau Amanah yang diberikan. Kemuliaan bukan terletak pada levelnya, melainkan pada realisasinya. Hal ini telah ditunjukkan oleh Anas bin Malik. Walau usia 10 tahun, namun dia memegang amanah dari ibunya.
  4. Dengan melakukan berbagai kebaikan, maka Allah SWT akan membukakan berbagai keberkahan. Keberkahan tidak selalui muncul dari orang yang kita beri. Boleh jadi akan diterima dari pintu yang lain.
  5. Melalui peristiwa hijrah, mari kita terus menerus melakukan muhasabah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun