Mohon tunggu...
Iim Ibrohim
Iim Ibrohim Mohon Tunggu... Ilmuwan - dosen

Dosen di Universitas Muhammadiyah Bandung, dan Ketua Yayasan Mutiara Embun Pagi Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Bertasyrik

1 Juli 2023   20:49 Diperbarui: 1 Juli 2023   21:07 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebar Berkah Qurban di Pedesaan/Dokpri

Tanggal 11, 12 dan 13 Hijriyyah dikenal dengan hari tasyrik. Di hari tersebut banyak amalan salehan yang perlu kita perhatikan. Sayang sekali jika sampai tidak dilakukan. Nabi saw mengatakan "Tidak ada amal pada hari-hari ini yang lebih utama daripadanya di hari-hari ini" (HR Bukhari). Artinya, amalan-amalan ibadah di hari tasyrik memiliki keutamaan dan memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan hari-hari lainnya.

Tasyrik berasal dari kata syarraka, yusyarriku, tasyrikan. Ada yang memaknai menjemur dan ada pula terbit. Dimaknai menjemur karena dahulu zaman Rasulullah saw, di hari tasyrik itu banyak kaum muslimin yang menjemur daging qurban untuk dijadikan dengdeng. Kalua sekarang, di era teknologi menyimpan daging di kulkas atau freezer. Sedangkan makna kedua yaitu terbit, karena penyebelihan hewan qurban biasanya dilakukan setelah matahari terbit.

Di hari tasyrik, ummat manusia khususnya kaum muslimin harus bahagia seraya terus mengingat Allah SWT. "Makan, minum dan berzikirlah karena itu sangat dianjurkan" (Hr. Muslim). Terlebih di hari tasyrik kaum muslimin dilarang melakukan ibadah shaum (Hr. Ahmad).

Sahabat Ibnu Ummar dan Abu Khurairah keluar dari rumah menuju pasar. Disana mereka mengumandangkan lafadh takbir, tahmid, dan tahlih. Kumandang mereka diikuti oleh kaum muslimin lainnya (Hr. Bukhari). Subhanallah di hari tasyrik keagungan asma Allah SWT terus menggema. Ternyata pula, bukan hanya di masjid melainkan di pasar yang notabene tempat umum dan jumlah orang bisa lebih banyak.  

Di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya muslim, menggemanya lafadh takbir, tahmid dan tahlil pada hari tasyrik itu belum merata. Baru sebagian masjid saja yang tetap melakukan. Selebihnya, mereka kembali pada ritual biasa. Padahal, seyogianya kaum muslimin terus menggemakannya hingga menjelang maghrib tanggal 13 Dzul Hijjah.  "Ibnu Abbas ra. mengatakan, 'Sebutlah nama Allah (zikirlah) pada hari tertentu,' (Surat Al-Baqarah ayat 203). 'Hari 10 dan hari-hari tertentu adalah Hari Tasyrik".

Abu Hanifah berpendapat, menggemakan takbir, tahmid dan tahlil itu "baik" jika dilakukan setelah salat fatdhu. Al muhallib sendiri berpendapat, hal itu lebih utama dari salat sunnah. Jadi setelah selesai salat fardhu, sebaiknya seorang imam langsung memimpinnya dan diikuti oleh makmun.

Dari uraian singkat tersebut di atas, terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan;

  • Di hari tasyrik kaum muslimin harus lebih bahagia
  • Makan, minum, dan berzikirlah kepada Allah SWT
  • Lafadh takbir, tahmid dan tahlil harus terus dikumandangkan hingga tanggal 13 dzul hijjah.
  • Menikmati daging hewan qurban pada hari tasyrik bukan hanya oleh mereka, tetapi dapat dirasakan oleh meraka yang tidak mampu (pelosok desa). Apalagi jika mereka mampu menyimpan Sebagian daging qurban.
  • Setiap seleasi salat fardhu di hari tasyrik, sebaiknya imam langsung memimpin takbiran

 

Wallahu a'lam

 

Dokpri
Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun