"EKSPERIMEN KEJUJURAN MELALUI PENJUALAN BOTOL AIR MINERAL DENGAN SISTEM PEMBAYARAN MANDIRI"
Dosen Pengampu:Â Dr. Effendi Hasan, M.AÂ
Team:
- Ihsan Hidayatullah
- M. Desrian Hafizh Okfin
- Fathurrahman Hariri
- T.M. Rafli Pangeran  Â
- Khansa Najla
- Mutiara Ramadhani
- Mahara Putra Gawa
- Taufiq
- Dian Farani
- Ayu Suraya
- Luthvia Buana G.
- Syakira Azila Damasa
- Athaya Nazwa Syifa
- Nyak Salsabila Putri
Latar Belakang
Kejujuran merupakan salah satu nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, penerapannya sering kali diuji dalam situasi sehari-hari, terutama ketika tidak ada pengawasan langsung (Vivekananda & Meenakshi, 2024:612-613). Untuk melihat sejauh mana nilai kejujuran masih dijunjung, kami melakukan sebuah eksperimen sosial sederhana dengan cara menjual botol air minum seharga Rp1.000 tanpa penjaga, di mana pembeli diminta untuk membayar langsung melalui kotak yang telah disediakan secara mandiri.
Tujuan
1. Mengetahui tingkat kejujuran masyarakat dalam situasi tanpa pengawasan langsung.Â
2. Mengukur kesesuaian antara jumlah botol yang diambil dengan jumlah uang yang terkumpul.Â
3. Menumbuhkan kesadaran pentingnya nilai kejujuran dalam kehidupan sehari hari.
Metode Pelaksanaan
Eksperimen sederhana ini dilaksanakan dari jam 07.00-18.00 WIB di Shelter Trans Koetaradja, depan Masjid Jamik USK, pada bulan September 2025. Lokasi ini dipilih karena salah satu titik strategis yang menjadi pusat mobilitas darim kalangan mahasiswa, dosen maupun masyarakat. Aktivitas di shelter menghadirkan interaksi sosial yang terjadi secara alami.
Dengan itu, adapun pelaksanaan teknis eksperimen ini adalah sebagai berikut:
- Botol air minum diletakkan di tempat terbuka.
- Kotak pembayaran diletakkan di samping botol dengan tulisan harga Rp1.000 per botol
- Tidak ada penjaga yang mengawasi.
- Perhitungan botol dan uang dilakukanoleh tim sebanyak tiga kali: pagi, siang, dan sore.
Hasil & Pembahasan
Berdasarkan Tabel di atas, dapat kami tarik kesimpulan bahwa pada waktu pagi, tercatat 6 botol diambil oleh pembeli. Seharusnya uang yang terkumpul sebesar Rp6.000, namun kenyataannya hanya Rp4.000. Artinya ada selisih Rp2.000 atau dua botol tidak dibayar penuh.
Kemudian pada waktu siang, jumlah botol yang diambil meningkat menjadi 10 botol. Seharusnya terkumpul Rp10.000, tetapi hanya Rp5.000. Dengan demikian terdapat selisih Rp5.000 yang menunjukkan ada lima botol tidak dibayar.
Kemudian pada waktu sore, tercatat 7 botol diambil. Seharusnya uang yang terkumpul Rp7.000, namun hanya Rp3.000. Hal ini menunjukkan ada selisih Rp4.000 atau empat botol tidak dibayar.
Sehingga secara keseluruhan, dari pagi hingga sore, jumlah botol yang diambil adalah 23 botol dengan uang seharusnya Rp23.000, tetapi hanya Rp12.000 yang terkumpul. Selisih Rp11.000 ini setara dengan 11 botol yang tidak dibayar. Tingkat kejujuran pembeli hanya sekitar 52,2%.
Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat adanya perbedaan tingkat kejujuran pada masing-masing waktu:
Pagi hari menunjukkan tingkat kejujuran relatif lebih baik dibandingkan waktu lainnya. Dari 6 botol yang diambil, 4 botol dibayar sesuai harga dan hanya 2 botol yang tidak dibayar. Tingkat kejujuran pagi hari mencapai 66,7%.
Siang hari justru memperlihatkan penurunan signifikan dalam kejujuran. Dari 10 botol yang diambil, hanya 5 botol yang dibayar sesuai harga, sementara 5 botol lainnya tidak dibayar. Tingkat kejujuran di siang hari hanya 50%.
Sore hari menunjukkan kondisi paling rendah. Dari 7 botol yang diambil, hanya 3 botol yang dibayar, sementara 4 botol lainnya tidak. Tingkat kejujuran di sore hari tercatat hanya 42,9%, sehingga menjadi waktu dengan selisih terbesar.
Secara keseluruhan, tingkat kejujuran pembeli masih rendah. Dari 23 botol yang diambil, hanya 12 botol yang dibayar sesuai harga, sedangkan 11 botol tidak dibayar. Tingkat kejujuran keseluruhan hanya mencapai 52,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pembeli belum konsisten bersikap jujur dalam sistem pembayaran tanpa pengawasan.
Kesimpulan
Eksperimen ini menunjukkan bahwa tingkat kejujuran masyarakat dalam sistem pembayaran mandiri masih tergolong rendah. Dari 23 botol yang diambil, hanya 12 botol yang dibayar sesuai harga, sementara 11 botol tidak dibayar. Dengan demikian, tingkat kejujuran pembeli hanya mencapai sekitar 52,2%. Hasil ini mengindikasikan bahwa ketika tidak ada pengawasan langsung, sebagian besar pembeli cenderung tidak membayar sesuai ketentuan.
Saran
- Perlu adanya sosialisasi dan pendidikan tentang pentingnya kejujuran, baik melalui lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Eksperimen serupa dapat dilakukan di berbagai lokasi untuk membandingkan tingkat kejujuran masyarakat pada situasi dan lingkungan yang berbeda.
- Kotak pembayaran atau area eksperimen dapat dilengkapi dengan pesan moral atau kutipan tentang kejujuran untuk mendorong pembeli agar lebih sadar dalam membayar.
- Meski hasil menunjukkan tingkat kejujuran rendah, sistem ini tetap dapat digunakan sebagai sarana pendidikan karakter, dengan penyesuaian strategi agar lebih efektif.
Lampiran
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI