Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Curhat Ibu-ibu Muda Korban Kabut Asap

9 Oktober 2015   14:43 Diperbarui: 9 Oktober 2015   14:43 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Helikopter Tengah Berusaha Memadamka Kebakaran Hutan (foro : www.okezone.com)"][/caption]

Asap Cepatlah Berlalu

Saya sebagai alumni Fakultas Kehutanan, fakultas paling keren, di institut pertanian paling beken se Indonesia plus lulusan Magister Ilmu Lingkungan di universitas paling maknyong Se-Banyumas sungguh merasa sedih, prihatin dan nelangsa atas kebakaran hutan yang menyebabkan bencana asap di seantero negeri ini. Sungguh durjana bin durhaka kalau saya, minimal, tak turut prihatin. Meski di Purbalingga tak dilanda kabut asap, namun hati ikut pedih bak diiris sembilu melihat kondisi ini. Lebih miris lagi, saya tak sanggup berbuat banyak untuk mengatasinya. Paling baru kirim doa dan paraf petisi mendesak semua pihak serius untuk menangani.

Kegelisahan saya bertambah, semalem saya menyimak seorang kawan berbagi kisah dan keluh kesah tentang asap yang sudah bikin jengah. Kawan saya ini, ibu-ibu muda beranak dua, menilai bencana kebakaran hutan sudah kebangeten, sudah tidak bisa ditolerir lagi dan harus segera diatasi. Ia yang tinggal di sebuah kota di Pulau Sumatera, episentrumnya kebakaran hutan, tentu saja merasakan betul dampak dari bencana asap itu.

Ibu muda kawan saya, yang sudah punya anak dua tetapi masih kinyis-kinyis matang mangis ini, bercerita penuh emosi kisahnya menjadi OHIDA alias Orang Hidup Dengan Asap. Saya membayangkan, saat kita berbincang pasti ekspresinya penuh kegeraman khas ibu-ibu gitu lah...Ah, ibu-ibu muda lagi mencak-mencak gitu malah kadang bikin gemes.

Begini cerita perbincangan kita Malam Jumat lalu :

Setelah basa-basi, saling tanya kabar, ibu muda yang tambah anak tambah berisi ini mulai ke cerita inti mengenai kabut asap yang tengah menimpanya

“Loe kalau tiga bulan menghirup asap juga pasti udah mulai tidak waras, emosi kaya gue sekarang ini. Bayangin semua sekarang sudah berasap. Anak nggak bisa sekolah, kerja libur, toko sepi, penerbangan dan pelayaran dihentikan, kecelakaan dijalanan meningkat. Banyak yang sakit, bahkan sudah ada yang mati karena asap. Bagaimana nggak sakit, mata perih, bernafas sesek, tenggorokan serasa perlu disapu, upil sama belek sudah campur abu. Rumah seisi-isinya bau asap, air di kamar mandi saja sudah rasa asap. Parahnya lagi, gue udah lama dianggurin suami gegara asap, suami gue udah gak bisa liat gue di kamar terhalang asap. Giliran sudah terlihat, badan kita bau sangit, nafsu yang udah diubun-ubun pun hilang jadinya. Parah, parah, parah. Ini bencana asap terparah sepanjang sejarah. Levelnya kronis, akut, sudah menggangu semua sendi-sendi kehidupan, bahkan sampai urusan ranjang!,” ujarnya berapi-api.

“Hmmm, ya, ya ya…”

“ham hem ham hem… Lo juga gak kasihan ya sama temen-temen kita yang masih jomblo dan tinggal di Sumatera dan Kalimantan?,” katanya ketus.

“Lho, apa hubungannya?,” aku kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun