Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Uhud dan Pentingnya Taat Kepada Komando Pimpinan

5 Mei 2024   11:49 Diperbarui: 5 Mei 2024   11:59 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Rumat di Depan dan Gunung Uhud di Belakangnya (Dok. Pribadi)

Sejak kecil, jika ada cerita tentang sejarah Nabi Muhammad SAW yang paling berkesan buatku adalah tentang perang-perangnya. Salah satunya adalah Perang Uhud, di mana pasukan nabi mengalami kekalahan sampai beliau terluka dan pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib gugur sebagai syuhada.

Hal yang aku ingat juga adalah sebenarnya pada sesi awal perang, pasukan nabi meraih kemenangan dengan strategi jitu menempatkan pemanah di bukit untuk menghadang pasukan musyrikin. Keberadaan pasukan panah membuat gerak maju pasukan musyrikin terhadap dan bahkan pontang-panting mundur.

Nah, saat bergerak mundur mereka tak sempat membawa barang-barang berharga. Hal itu membuat para pemanah tergiur hal itu untuk menjadi rampasan perang (ghanimah) sehingga mereka turun bukit, keluar dari posisinya, mengabaikan perintah untuk tetap di tempat.

Padahal, Nabi yang menjadi komandan langsung Perang Uhud sudah wanti-wanti kepada para pemanah sebelum pertempuran berkecamuk : "Lindungilah pasukan kuda, jangan sampai mereka menerobos ke kita, dan tetaplah di tempatmu, kalah atau menang, jangan sampai mereka masuk dari belakangmu".

Saat mereka turun berebut ghanimah, Khalid bin Walid (pimpinan perang pasukan musyrikin yang saat itu belum menjadi muslim) melihat kesempatan baik untuk menyerang balik. Akhirnya, mereka berputar dan menggempur pasukan muslim yang telah kehilangan perlindungan para pemanah. Hasilnya, pasukan muslim mengalami pukulan telak dan 70 orang gugur sebagai syuhada.

Jabal Uhud pun menjadi saksi bisu kekalahan perang yang dialami Nabi pada tahun ke 3 hijrah itu. Bukit 'Ainain alias Bukit Rumat (Bukit Pemanah) tempat para pemanah yang ditugaskan Nabi menjadi saksi bahwa keteledoran dan ketidakpatuhan terhadap komando pimpinan bisa berakibat fatal.

Kemudian, kepada para pemanah Perang Uhud kita juga bisa berkaca pentingnya keteguhan iman. Hasrat untuk berebut rampasan perang membuat mereka meninggalkan tugas yang berdampak kekalahan yang menyakitkan.

Bukit Rumat atau Bukit Pemanah (Dok. Pribadi)
Bukit Rumat atau Bukit Pemanah (Dok. Pribadi)

Saat rangkaian ibadah umrah kemarin, kami berkesempatan untuk berkunjung ke Jabal Uhud sekaligus ke Bukit Rumat. Selain mendoakan para Syuhada Uhud yang dimakamkan di kaki gunung itu, anjangsana tersebut juga menjadi renungan tentang para pemanah di Bukit Rumat.

Penting bagi kita untuk patuh terhadap perintah pimpinan serta memiliki keteguhan hati, tidak mudah tergiur hal yang bisa melalaikan dalam menjalankan tugas. Kita harus bertanggungjawab dan mengingat bahwa hal itu akan berimbas ke orang lain, jika dilaksanakan akan berdampak positif dengan kesuksesan jika tidak akan berdampak buruk yang berakhir kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun