Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Legenda Puteri Ayu Limbasari: Cantik Berbuah Petaka

4 Desember 2023   16:16 Diperbarui: 4 Desember 2023   16:30 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat para adipati itu gelap mata dan mulai menggunakan senjata tajam, Wlngi Kusuma juga masih tegar melawan keempatnya. Tanganya ditebas balik lagi. Sampai-sampai, sudah dipenggal saja, kepalanya menggelinding bisa nempel lagi. Ealahh, malah bisa balik ngejek...

"Yaelah, sudah maju berempat masih saja cemen lu pade, mending pada pakai kemben aja gih...," begitu kira-kira kata Wlingi Kusuma yang akhirnya ketempelan juga setan jumawa.

Wlingi Kusuma mulai petantang-petenteng melihat musuh-musuhnya kelabakan tak dapat mengalahkannya meski sudah keroyokan. Ia besar kepala, over pede dengan ajian 'rawa rontek' nya dan meremehkan mereka.

Akal Bulus dan Gugurnya Wlingi Kusuma

Empat adipati yang panas, dendam campur malu sudah merasuk hatinya. Mereka minta break sebentar, Wlingi Kusuma tanpa curiga memenuhi. Empat adipati itu berembuk. Kalau kepepet muncul sada ide brilian namun penuh kelicikan. Mereka sepakat mengeluarkan akal bulus, caranya dengan memutilasi Wlingi Kusuma sebagai solusi agar ajian 'rawa rontek' kehilangan kesaktian.

Pertarungan kembali terjadi. Kuartet adipati mengeroyok Wlingi Kusuma lagi. Merasa diatas angin, Kakak Sri Wasiati itu membiarkan senjata tajam mencabik dirinya. Rencananya pas nyatu lagi, Ia mau mengakhiri pertarungan dan menjungkalkan empat adipati itu.

Namun, rupanya keinginan yang ada di benaknya tak kesampaian. Sesuai strategi culas empat adipati, setelah tubuhnya berhasil ditebas, bagian-bagiannya segera dibawa pergi agar tak sempat menyambung kembali.

Kepalanya ditenteng Wirapraja kemudian dikubur di Siregol. Bupati Bandingan Wirayuda membawa pulang kedua kaki Wlingi Kusuma. Eh, meski sudah terpisah masih gerak-gerak kakinya sehingga sesampai di selah barat Sungai Laban dikubur, masih gerak-gerak juga sehingga pengikutnya diminta untuk menjejakan kakinya di kuburan tersebut. Lokasi itu kemudian diberi nama Lemah Jejekan.

Pertarungan yang melibatkan amarah kadang menimbulkan tragedi memilukan dan kekejaman tak terperi. Itulah yang terjadi pada Wlingi Kusuma.

Masih berlanjut kekejaman atas dirinya. Kemaluannya dipotong dan dibawa Adipati Wirataruna untuk dikubur. Lokasinya yang kemudian disebut dengan Sikonth*l. Kemudian, Wiratenaya kebagian membawa gembung / perut / lambung Wlingi Kusuma. Eh, meski sudah terpisah dari bagian tubuh lainnya, lambungnya masih bisa kembang kempis seperti hidup. Sebab dilanda ngeri, dikuburkanlah di perjalanan sebelum sampai Penisihan. Tempat itu kemudian diberi nama Palumbungan.

Akhirnya, Wlingi Kusuma Sang Kesatria Limbasari gugur di medan laga yang penuh kelicikan. Ilmu Rawa Rontek-nya sudah tidak  mujarab, tak kuasa lagi menyatukan tubuhnya yang telah dipisah-pisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun