Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengembalikan Kejayaan Kopi Purbalingga

12 Desember 2018   11:23 Diperbarui: 12 Desember 2018   11:45 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi (sumber : super adventure)

 Sampai saat ini masih ada dua buah bangunan atau yang lebih umum disebut dengan istilah  gardu jaga yang berdiri di tepian jalan raya di wilayah Kecamatan Karangreja, satu gardu berdiri di Jl.Goa  Lawa, Desa Siwarak dan satunya lagi berdiri di Desa Tlahab Lor, tepatnya di tepi jalan provinsi yang menghubungkan wilayah Purbalingga dan Pemalang.

Gardu itu merupakan pos penjagaan yang dibangun pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi perkebunan, salah satunya perkebunan kopi yang ada di wilayah Karangreja dan sekitarnya.

Selain gardu terdapat pula peninggalan lain berupa lahan yang khusus disiapkan untuk perkebunan kopi yang ada di Desa Siwarak bagian tengah yang dinamakan dengan Koffie Centraal atau Sentra Kopi atau oleh penduduk lokal disebut  sebagai Kopi Santri.

 Namun karena kurang baiknya manajemen produksi, serangan wabah karat  daun dan masuknya penjajah Jepang ke Indonesia, sentra perkebunan kopi ini tidak pernah berkembang seperti yang diharapkan. 

Jumlah ini turun lebih drastis akibat mewabahnya penyakit Hemileia vastatrix atau karat daun yang menyerang tanaman kopi, terutama tanaman yang ditanam pada ketinggian di bawah 1100 mdpl.

Saat ini, berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga total luas lahan yang ditanami pohon Kopi Robusta di kabupaten Purbalingga mencapai 1.467,8 hektare, dengan hasil produksi pada tahun 2016 mencapai 537,791 ton. Sedangkan lahan yang ditanami pohon Kopi Arabika hanya 57,55 hektare dengan jumlah produksi sebesar 13,922 ton.

Industri Kopi Menggeliat

Kopi saat ini menjadi komoditi yang seksi. Industri kopi berkembang pesar yang dalam dunia kopi disebut sebagai Third wave coffee (kopi gelombang ketiga) yang ditandai dengan munculnya kepedulian para peminum kopi, terhadap apa yang mereka minum.

 Jadi sudah bukan barang baru lagi jika para peminum dan peracik kopi yang tergolong kritis ini berani mengeluarkan tenaga dan materi lebih demi menelusuri asal usul kopi mereka.

 Sangat berbeda dengan first wave coffee (kopi gelombang pertama) yang menjagokan kopi instan atau sachet, dan second wave coffee (kopi gelombang kedua) yang mulai membuka wawasan tentang whole coffee bean dan fresh roasted coffee.

Pada gelombang ketiga seperti saat ini, proses produksi kopi menjadi hal yang transparan dan tak jarang menjadi nilai tambah yang dijual oleh para petani maupun produsen. Para konsumen dengan mudah mampu mengetahui dari mana sebuah biji kopi berasal, bagaimana biji tersebut diproses dan kelak dengan apa kopi tersebut disajikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun