Mohon tunggu...
IG TEGUH EKO
IG TEGUH EKO Mohon Tunggu... Guru - Trainer Pengembangan SDM, Praktisi Pendidikan.

Trainer Pengembangan SDM, Praktisi Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membandingkan Bukan Cara Terbaik

10 Februari 2022   10:45 Diperbarui: 10 Februari 2022   19:20 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang baik, pandai, cerdas, sesuai dengan harapan orang tua. Ini wajar dan sah-sah saja. Keinginan orang tua pasti yang terbaik untuk si buah hati saat dewasa nanti.

Namun kadang tanpa sadar orang tua memilih cara yang kurang tepat. Membandingkan buah hati dengan anak lain. "Kenapa kamu tidak pernah mendengarkan mama sih?, coba lihat Rudy, anakanya baik dan selalu mendengarkan nasihat orang tuanya!". Pernahkan bunda melakukannya?, Apakah membandingkan adalah cara yang baik agar anak mengikuti kehendak kita sebagai orang tua.

Apa alasan orang tua dengan mudah mengambil kalimat pembanding untuk menegur anak. Orang tua menginginkan anaknya menjadi yang baik bahkan terbaik. Tidak mau kalah dengan anak lain yang mungkin seusianya. Bisa juga orang tua kehilangan akal untuk menasehati anak sehigga mendapat jalan pintas dengan membandingkan. Memang nampaknya sangat rasional dengan pembandingan tersebut. Bahwa anak harus seperti dia yang lebih baik.

 Tanpa sadar orang tua sudah memposisikan anak menjadi the loser. Benarkah pembandingan adalah cara yang baik untuk memotovasi anak untuk menjadi lebih baik? Apa dampak dari membandingkan bagi tumbuk kepribadian anak?.

Dendam 

Tanpa disadari orang tua telah menyemai benih rasa dendam dalam diri anak. Dendam kepada mereka yang dibandingkan. Jika anak termotivasi, kecenderungaan hanya ingin mengalahkan si pembanding, bukan karena kesadaran pribadi. Kata-kata membandingkan akan sangat mengganggu perasaan anak, apalagi dilakukan hampir setiap saat. Perasaan mendendam ini akan berlanjut sampai dewasa. Bukan tidak mungkin akan memperlakukan sama kepada anaknya kelak.

Minder  

Kesadaran diri anak yang tidak sehebat saudara atau temannya sudah menjadikan tekanan tersendiri. Kini ditambah dengan sikap pembandingan orang tua yang menurutnya lebih hebat. Bayangkan, bagaimana perasaan si anak dengan perlakuan orang tua tersebut. Alih-alih berubah, malah bisa jadi anak semakin minder dengan kondisi dirinya. Merasa diri tidak mampu dan jelek dimata orang tua, tanpa tahu harus bersikap apa. Bingung dengan kondisi dirinya dan yang tejadi malah makin dendam dengan mereka yang dibandingkan.

id.quora.com
id.quora.com

Stres 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun