Mohon tunggu...
Iftahiyatunnisa
Iftahiyatunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka tantangan, tapi tidak suka disuruh-suruh. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal dan Menghindari Bid'ah di Era Artificial Intelligence (AI) dalam Perspektif Akidah Aswaja An- Nahdliyah

29 Juni 2025   11:27 Diperbarui: 29 Juni 2025   11:27 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ijtihad jama'i (ijtihad kolektif oleh para ulama) juga menjadi penting dalam merumuskan batasan pemanfaatan AI. Melalui forum-forum bahtsul masail, NU dapat merespons tantangan-tantangan baru termasuk menyaring penggunaan teknologi agar tidak mengarah pada penyimpangan dan bid'ah yang menyesatkan (Nikmah Choirin, 2020).

Strategi Menghindari Bid'ah melalui Literasi Keagamaan Digital

Untuk melindungi umat dari bahaya bid'ah yang muncul melalui perkembangan teknologi, perlu dilakukan penguatan literasi keagamaan digital. Literasi ini mencakup kemampuan umat Islam untuk:

  • Mengenali sumber keagamaan yang otoritatif dan terpercaya.
  • Membedakan antara konten keagamaan yang sah dan yang menyesatkan.
  • Memahami dasar-dasar keilmuan Islam, seperti ilmu fiqih, ushul fiqh, tafsir, dan hadis.
  • Menilai apakah suatu pendapat keagamaan memiliki sanad dan konteks ilmiah yang kuat.

Pesantren, madrasah, dan lembaga keagamaan lainnya memiliki peran strategis dalam mendidik generasi muslim agar tidak mudah tertipu oleh informasi keagamaan yang menyesatkan dari internet maupun AI. NU sendiri sudah memulai langkah-langkah digitalisasi melalui platform dakwah online, kanal YouTube santri, kajian kitab live, dan pengembangan aplikasi islami yang mengedepankan manhaj Aswaja.

Di sisi lain, para dai dan tokoh agama juga harus melek teknologi dan mampu masuk ke ruang-ruang digital tempat umat mencari ilmu. Narasi Islam rahmatan lil 'alamin harus diperkuat di dunia maya agar dapat menjadi penyeimbang terhadap paham-paham yang ekstrem, dangkal, dan menyimpang dari prinsip Aswaja (Studi et al., 2024).

Kesimpulan

Konsep bid'ah di era Artificial Intelligence (AI) menghadirkan tantangan baru dalam beragama. Teknologi digital dapat menjadi sarana dakwah yang bermanfaat, namun juga berpotensi menyesatkan jika tidak disertai pemahaman agama yang benar dan otoritas keilmuan yang sah. Dalam menyikapi hal ini, Ahlussunnah wal Jama'ah an-Nahdliyah (Aswaja Nahdlatul Ulama) mengedepankan pendekatan moderat, kontekstual, dan rasional.

Bid'ah tidak selalu berarti sesat, melainkan dibedakan menjadi bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah dhalalah (sesat), bergantung pada kesesuaian dengan dalil dan tujuan syariat. Karena itu, penting bagi umat Islam untuk memperkuat literasi keagamaan digital, menjadikan ulama sebagai rujukan, serta memanfaatkan teknologi dengan bijak agar tidak terjerumus pada penyimpangan agama yang dibungkus dalam kemasan modern.

Sumber:

Hikmatullah, M., & Sy. (2021). FIQH MUNAKAHAT (Pertama). Edu Pustaka (Anggota IKAPI).

Kajian Al-Quran, J., Jurnal Kajian Al-Quran, A., Ruslan, R., & Zainuddin, R. (n.d.). Al-MUBARAK MEMBEDAH KONSEP BID'AH. 6(1), 2021. http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun