Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tentang Wangi yang Membangkitkan Kenangan Itu

4 November 2016   18:59 Diperbarui: 4 November 2016   19:24 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejak kecil, saya sepertinya tidak bisa dipisahkan dari wewangian, termasuk parfum dan bahkan wanginya minyak kayu putih, minyak telon, minyak tawon dan segala macam minyak. Tentu minyak tanah adalah pengecualian. Bagi saya, setiap wangi itu khas, dan seperti juga halnya music dalam kehidupan saya, setiap wangi selalu punya ceritanya sendiri. Saya sendiri paling suka wangi lavender, rose, mint atau ekaliptus, musk, marine, kayu putih, dan bebungaan forget me not. Lembut namun berkarakter kuat serta menenangkan. Itu menurut saya loh. 

Sebagai contoh, wangi minyak kayu putih yang khas selalu mengingatkan saya ketika kecil, setiap kali sakit masuk angin atau sakit perut, selalu minyak kayu putih yang dioleskan ibu saya ke tubuh atau perut anak-anaknya. Lembut dan menenangkan. Itu yang selalu terkenang dalam benak saya hingga kini. Kayu putih adalah representasi kasih sayang seorang ibu dan kehangatan telapak tangan beliau yang memberi semacam sugesti kesembuhan bagi anak-anaknya. Itu sebabnya juga ketika anak-anak saya masih bayi, saya lebih sering mengoleskan minyak kayu putih Cap Lang ketimbang minyak telon. Saya lebih suka wangi minyak kayu putih ketimbang minyak telon yang menurut saya terlalu samar. Ya selera sifatnya subyektif sih, seperti juga setiap kenangan yang kita miliki.

Sampai sekarang, anak bungsu saya sudah berusia lebih dari lima tahun, dan dia cowok banget, enggak suka dikasih minyak kayu putih di tubuhnya, saya masih tetap menyukai aroma wangi minyak kayu putih. Masih setia dengan Cap Lang selama bertahun-tahun, saya selalu mengoleskan minyak kayu putih di dahi menjelang tidur, semacam ritual yang jauh lebih saya cintai ketimbang mengoleskan krim malam di wajah yang mulai keriput. Eeeaaaa….

Dan alangkah senangnya saya, ketika Cap Lang kini berinovasi mengeluarkan minyak kayu putih aromaterapi yang terdiri dari empat macam wewangian, dengan khasiatanya uniknya masing-masing, yaitu:
Green tea untuk mencerahkan mood anda, yang baik digunakan saat bangun tidur dengan mengoleskannya pada leher dan lengan, bikin fresh dan semangat memulai hari. Tersedia dalam ukuran 15 ml, 30 ml, 60 ml dan 120 ml.
Rose untuk menaikkan mood anda, cocok digunakan saat sedang bête, dengan mengoleskannya pada pelipis dan leher, eh bisa untuk meningkatkan mood saat PMS atau lembur. Tersedia dalam 15 ml, 30 ml, 60 ml dan 120 ml.
Ekalipitus, untuk terapi menyembuhkan sakit, misalnya setelah sakit berat, dioles pada bagian yang membutuhkannya. Mampu mengatasi rasa dingin, hidung tersumbat, dan masuk angin. Tersedia dalam 15 ml, 30 ml, 60 ml, dan 120 ml.
Lavender, menenangkan dan merelakskan tubuh anda, cocok digunakan pada malam hari sebelum tidur sambil memijit seluruh tubuh. Bisa membantu pikiran rileks dan agar lebih cepat tidur. Tersedia dalam 15 ml, 30 ml, 60 ml dan 120 ml.

Pilihan favorit saya adalah Lavender, yang mengingatkan saya pada suatu saat ketika saya kecil, ada seseorang, saya lupa, apakah nenek saya ataukah salah seorang tante, yang selalu mengenakan parfum favorit beraroma Lavender yang khas. Sebagai anak kecil, saya suka berdekat-dekat dengannya. Padahal saat itu saya masih kecil sekali, namun saya suka wanginya, menenangkan. Kini saat sudah dewasa, dan jauh melewati masa kanak-kanak, wangi lavender tetap tinggal di benak saya sebagai wewangian favorit. Itu sebabnya juga, saya selalu mengoleskan minyak aromaterapi Cap Lang aroma lavender di dahi dan pelipis sebelum tidur, pengganti minyak kayu putih Cap Lang yang kebetulan habis.

Dan ternyata ya, aromaterapi sudah sangat lama dikenal dalam peradaban manusia. Aromaterapi berasal dari bahasa Yunani, yaitu aroma dan therapeia, aroma dan perhatian, penyembuhan, merupakan cabang tertentu dari ilmu jejamuan, yang menggunakan minyak tumbuhan terkonsentrasi yang disebut minyak esensial untuk memperbaiki kesehatan fisik dan emosional. 

Istilah aromaterapi pertama kali digunakan oleh kimiawan Perancis yang bernama Rene Maurice Gattefose pada tahun 1935. Sebenarnya minyak esensial dari berbagai tanaman telah digunakan sebagai terapi selama ratusan tahun sebelumnya. Cina, india, Mesir, Yunani dan Romawi telah lebih dulu menggunakan minyak esensial dalam kosmetik, parfum dan obat-obatan. 

Bangsa Mesoamerika menggunakan aroma bunga dan beberapa tanaman dalam teh untuk mandi. Hippocrates yang dianggap sebagai salah satu bapak ilmu kedokteran, menggunakan dupa yang wangi sebagai obat untuk membersihkan Athena dari wabah penyakit. Dalam sumber lain dikatakan pula bahwa tentara Romawi mandi dengan menggunakan minyak aromatic secara teratur sambil melakukan pemijatan.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa minyak esensial digunakan dalam menanggulangi wabah penyakit selama abad keempat belas. Selama abad keenam belas dan ketujuh belas, minyak ini sangat populer di kalangan para dukun di Eropa. Tetapi hingga abad kedelapan belas dan kesembilan belas, para ilmuwan belum dapat mengidentifikasi senyawa-senyawa kimiawi di dalam tanaman. Penelitian ini membuat para ilmuwan mengembangkan ekstrksi senyawa aktif dari tanaman obat. Ironisnya hal ini justru mendorong perkembangan ilmu farmasi dan mengesampingkan penggunaan obat herbal itu sendiri. 

Pada tahun 1920, Gattefose menemukan sifat obat minyak esensial Lavender untuk mengobati luka bakar di tangannya, setelah ia mengalami kecelakaan di laboratorium. Pada tahun 1928 ia menciptakan istilah ‘aromaterapi’ untuk merangkum efek penyembuhan dari minyak atsiri. Kemudian Dr. Jean Valnet, seorang ahli bedah di ketentaraan Perancis, berhasil menggunakan minyak esensial untuk mengobati tentara yang luka dan pasien di rumah sakit jiwa. Kitab aromaterapi Valnet diterbitkan pada tahun 1964 dan masih digunakan secara luas hingga sekarang.

Sejak tahun 1950, Margaret Maury, seorang terapis kecantikan dan biokimia dari Austria, memperkenalkan gagasan menggunakan minyak esensial dalam pijat dan mendirikan klinik aromaterapi pertama di Brittany (Perancis) dan Swiss. Kemudian beberapa terapis fisik, perawat, ahli kosmetik, ahli pijat, dokter dan para professional dalam bidang kesehatan lainnya, mulai menggunakan minyak esensial sebagai alternative non antibiotika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun