Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gotong Royong Menuju Indonesia Sehat

19 September 2016   20:33 Diperbarui: 19 September 2016   20:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari dulu yang namanya biaya dokter dan rumah sakit sudah mahal. Dan seiring dengan naiknya laju inflasi, semakin mahal saja, termasuk harga obat. Tidak heran jika muncul jargon “Orang miskin dilarang sakit”. Terus terang, saya yang pada dasarnya baperan, jadi merasa tertampar dengan jargon ini. Sudahlah sakitnya saja tidak enak, ditambah lagi dengan tidak bisa berobat karena tidak punya biaya. Pernah pula kami punya pengalaman tidak menyenangkan ketika adik ipar masuk rumah sakit dan butuh penanganan serius, namun karena ketiadaan biaya, proses perawatannya ditunda-tunda. Suami saya yang saat itu menemani adiknya sempat melihat ‘keriuhan’ di bangsal rumah sakit milik pemerintah tersebut, dimana beberapa pasien yang sudah saking lamanya menunggu, begitu melihat dokter lewat, langsung menarik-narik tangan dan jas dokter itu. Miris dan menyedihkan.

Tidak adakah semacam subsidi silang untuk memfasilitasi pasien dari keluarga menengah ke bawah? Kejadian di atas tadi itu di rumah sakit pemerintah, di rumah sakit swasta keadaannya lebih mengiris hati, bagi keluarga menengah ke bawah. Setiap kali hendak melahirkan, dan pesan kamar untuk rawat inap, belum apa-apa saya sudah ditodong admission rumah sakit, “Ibu tolong siapkan sekian juta ya bu, untuk booking kamar”. Dan harganya lebih mahal dari booking kamar hotel kecil tapi nyaman.

Sebenarnya ada beberapa rumah sakit yang waktu itu sudah bekerja sama dengan Askes untuk pegawai negeri sipil, namun fasilitasnya kurang lengkap dan…sedikit kurang nyaman, Jadi yaaa, terpaksalah menahan hati.

Askes itu bukannya semacam kartu subsidi biaya kesehatan ya? Yaa demikianlah. Iurannya diambil dari pemotongan gaji pegawai negeri sipil serta TNI dan Polri. Namun pesertanya juga hanya terbatas untuk karyawan tersebut dan anggota keluarganya. Terus, bagaimana nasib keluarga mbak Irah yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, pak Rokib yang bekerja sebagai supir, dan pak Asep yang bekerja sebagai sekuriti? Siapa yang akan menanggung biaya jika keluarga mereka ada yang sakit, sementara mereka sendiri tidak punya biaya yang cukup?

Nah, atas dasar itulah pemerintah menggagas BPJS, terutama BPJS Kesehatan, yang merupakan program wajib dengan iuran setiap bulan. Mengapa harus iuran, kan belum tentu ada yang sakit? Nanti uangnya tidak terpakai dong.

Itu dia keunggulannya. Program yang satu ini, digagas dengan konsep gotong royong, dimana kita diajak berjiwa sosial, bukan hanya memikirkan bagaimana kalau kita atau keluarga kita yang sakit, namun bagaimana keluarga-keluarga menengah ke bawah di Indonesia yang jumlahnya banyak sekali ini, bisa merasakan fasilitas kesehatan yang juga merupakan hak mereka. Ini ada ilustrasinya:

Biaya perawatan satu orang kasus DBD ditanggung oleh 80 orang peserta BPJS sehat, satu orang ibu yang melahirkan sesar ditanggung oleh 135 orang peserta sehat, dan satu orang penderita kanker dibiayai oleh 1253 orang peserta BPJS Sehat. Lah, kalau begitu keenakan yang sakit dong, ditanggung oleh yang sehat. Coba itu, yang bertanya demikian, mana ada ya orang sakit yang ‘enak’? Lagipula kalau gilirannya anda yang sakit, anda sebagai pengguna BPJS-Kartu Indonesia Sehat atau KIS, kan juga dibiayai oleh para peserta lain yang sehat. Ini menariknya program BPJS Kesehatan.

Bisa dibayangkan, jika seluruh rakyat Indonesia, aktif membayar iuran BPJS dan aktif menggunakan fasilitas kesehatan untuk menjaga kesehatannya serta mengobati penyakitnya, angka penderita berbagai penyakit bisa dikurangi. Dampak lainnya, ketika penduduk dalam keadaan sehat, maka produktivitasnya akan meningkat. Kualitas kesehatan tinggi, maka kualitas kerja juga akan meninggi.

Nah, bagi yang belum mendaftar, ayo segera ya. Manfaatnya bukan hanya untuk kita pribadi, tapi juga untuk keluarga dan seluruh anak bangsa. Bisa segera mendaftar melalui Kantor Cabang, Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota, Kantor cabang tertentu dari Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Bisa juga melalui websitenya di sini.

Untuk cek status kepesertaan bisa melalui Aplikasi BPJS Kesehatan Mobile yang bisa didownload di smartphone, Call center 1500400, kantor cabang BPJS Kesehatan, dan website BPJS Kesehatan khusus tagihan. Apa saja yang bisa dicek? Diantaranya status peserta aktif atau tidak, jumlah tagihan yang belum dibayar, lokasi fasilitas kesehatan dan kantor layanan, simulasi pelayanan, dan penyampaian kepuasan pelayanan.

Jadi, kalau mau sehat dan menyehatkan orang lain, segera gabung di BPJS Kesehatan-Kartu Indonesia Sehat ya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun