Mohon tunggu...
Idris Tunru
Idris Tunru Mohon Tunggu... Dosen IAIN Manado

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

EFISIENSI ANGGARAN DAN KEBERKAHAN HARTA: (Menauladanai Nasihat Imam Syafi'i dan Imam A.G. Nasaruddin Umar dalam Praktek Kerja

23 Februari 2025   08:33 Diperbarui: 23 Februari 2025   07:54 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali kisah ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua dalam bekerja. Jangan berharap jabatan tinggi lalu etos kerja tidak equal/seimbang dengan gaji yang diupahkan pada kita. Pejalanan dinas yang kita lakukan dalam dan luar negeri tidak berefek maksimal pada kemajuan lembaga sebagai barometer untuk kemajuan  Masyarakat secara luas.

Mungkin lebih besar unsur rekreasinya ketimbang kreasinya sebagaimana yang disinyalir oleh Bapak Menteri Agama juga Imam Besar Istiqlal Jakarta Prof. Dr. A.G. H. Nasaruddin Umar, M.A. Bila keluar daerah lebih besar unsur rekreasi dengan beli oleh-oleh dan pernak-pernik, juga  assesoris dan bila seminar dan pertemuan penting secara Nasional bahkan Internasional cenderung tidur di ruangan bila tidak, tidur di kamar dan bahkan  keluar jalan-jalan di Mall dan semacamnya. Semangat Pak Menteri seharusnya dikedepankan kepentingan dinas jauh lebih besar ketimbang kebutuhan pribadi dan  keluarga,  harus lebih besar kresinya dalam menciptakan suasana akademik dan mendatangkan uang besar dengan kepercayaan yang terbangun guna memajukan lembaga daripada unsur rekreasi, agar lembaga yang dipimpinnya lebih berdaya saing yang tinggi ditopang dengan teknologi yang maju.

Nasehat Imam Syafi’i dan Imam Anrong Gurutta Prof, Dr. H. Nasaruddin Umar, MA, menarik untuk direnungkan bahwa Jangan terlalu berharap gaji,  dan tunjangan besar bahkan mengharap pemberian dari anak buah ketika keluar daerah  sementara pekerjaan kita belum nampak dan dirasakan umat.  Dan jangan berbangga dulu mendapatkan gaji besar dan tunjangan besar padahal etos kerja sangat lemah atau tidak seimbang dengan gaji yang diterima.

Bila gaji dan tunjangan yang kita terima tidak seimbang dengan kerja, artinya kita sudah menerima harta yang bukan hak kita. Itu semua akan menjadi penghalang keberkahan harta yang ada, dan mengakibatkan hisab yang berat di akhirat kelak. Harta yang tidak berkah akan mendatangkan permasalahan hidup yang membuat kita susah, sekalipun bertaburkan benda-benda mewah dan serba lux.

Uang banyak di bank tapi setiap hari cek-cok dengan istri. Anak-anak tidak mendatangkan kebahagiaan sekalipun jumlahnya banyak. Dengan teman dan jiran sekitar tidak ada yang baikan. Kendaraan selalu bermasalah. Ketaatan kepada Allah semakin hari semakin melemah. Pikiran hanya dunia dan dunia. Harta dan harta. Penglihatan selalu kepada yang lebih dalam masalah dunia. Tidak pernah puas, sekalipun mulutnya melantunkan alhamdulillah tiap menit.

Kening selalu berkerut. Satu persatu penyakitpun datang menghampir. Akhirnya gaji yang besar habis untuk cek up ke dokter sana, periksa ke klinik sini. Tidak ada yang bisa di sisihkan untuk sedekah, infak dan amal-amal sosial demi tabungan masa depan di akhirat. Menjalin silaturrahim dengan sanak keluarga pun tidak. Semakin kelihatan mewah pelitnya juga semakin menjadi. Masa bodoh dengan segala kewajiban kepada Allah. Ada kesempatan untuk shalat ya syukur, tidak ada ya tidak masalah.

Untuk menjadi Pemimpin sebaiknya lebih arif dan bijak (wise) untuk memperbaiki diri kita dahulu, menyelesaikan diri kita dahulu, memajukan diri kita dahulu baru memperbaiki, menyelesaikan dan majukan umat. Semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat untuk diri saya sendiri juga  bagi pembaca dan kita semua selalu dalam keberkahan Allah Swt.

Wallahu ‘Alam Bishawab

Dosen IAIN Manado Muh Idris

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun