"Ooo kalo itu, mereka udah ketemu. Sekarang Pak Lurah kan lagi pulang, makan di rumah."
"Ooo syukurlah kalo gitu Pak"Â
Akhirnya kami bertigapun lekas menyantap nasi bungkus yang sudah di siapkan. Setelah makan, kami pun bergegas mengunci Kelurahan dan pulang ke Rumah masing-masing.Â
....
"Can, jangan lupa dateng ya nanti. Tanggal 20 Oktober. Inget kamu udah janji bakal dateng. Walau sebenernya, aku pengennya kamu yang jadi mempelai Laki-lakinya. Maaf Can, kenapa kamu mundur? Aku bener'bener sayang sama kamu! Tapi, ternyata Jodoh itu sulit untuk kita raih, Can. Maaf Can.. Jujur aku kangen." Chat singkat dari Sari. Yang ku terima dini hari sebelum magrib.Â
Aku bingung harus jawab apa, aku hanya terdiam dan tersenyum. Tapi mana mungkin bila ku bilang, bahwa sama.. aku juga kangen.Â
Pesta pernikahan Sari sudah di depan mata. Mana mungkin aku menghancurkan impian orang tua Sari. Aku sudah iklas dan harus belajar melepas. Apa yang harus ku jawab?? Bisikku dalam hati. Sembari pokus memperhatikan pesan chat dari Sari.
"Can sholat dulu..?" Tegur Mamak yang mengintip dari pintu kamar.
"Iya Mak." Aku yang mulai mematikan handphone, dan mulai berdiri dan melangkah mengarah ke kamar mandi.
Senja ku telah pergi, kamu harus bisa hidup tanpa aku Sar. Bukankah sudah terlalu sering ku bilang, bahwa jangan perna mencintaiku melebihi cintamu pada Tuhanmu, dan pada Kedua Orang Tuamu Sar. Tenang, aku pasti datang. Janji terakhirku akan ku tepati. Sebagaimana dulu aku berjanji menjaga hati. Yang ternyata, Orang tuamu telah memilih. Dan bukan aku lah jodohmu.
Tenangkan hatimu Sar. Pernikahanmu pasti akan meriah dan bahagia.Â