Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mulyadi dan Kekuatan Pendidikan Keluarga

11 Juni 2016   11:47 Diperbarui: 11 Juni 2016   12:27 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulyadi, sang cleaning service jujur . (Foto : http://porosjakarta.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Tanggal 26 Mei 2016, Mulyadi, seorang petugas kebersihan (cleaning service)di sebuah mall di Jakarta Selatan menemukan uang 100 juta di toilet. Karena sadar uang tersebut bukan haknya, Mulyadi pun menyerahkannya ke Customer Service (CS) mall tersebut. Kejujuran pria asal Lampung tersebut sontak menjadi viral di media sosial. Para netizenpun memuji kejujuran Mulyadi tersebut.

Oleh atasannya, Mulyadi memang dikenal sebagai sosok pegawai yang ulet, pekerja keras, sopan, dan low profile.Ketika ditawari naik pangkat menjadi pengawas, dia menolaknya dengan alasan belum siap menerima amanah tersebut. Sikap Mulyadi tersebut merupakan hal yang kontradiktif di saat banyak orang berambisi untuk naik pangkat walau kadang menghalalkan segala cara dan mengorbankan rekan kerja sendiri.

Para koruptor seharusnya malu pada Mulyadi, karena pada banyak kasus korupsi, disamping dilatarbelakangi oleh terdesak kebutuhan, juga saat ini banyak dilatarbelaangi oleh keserakahan. Para koruptor itu sudah mendapatkan gaji dan berbagai tunjangan, tapi masih korupsi. Sedangkan Mulyadi, yang hanya seorang cleaning service memilih menyerahkan uang 100 juta yang ditemukannya ke CS. Kalau mau, dia bisa saja ambil uang itu karena tidak ada orang  lain yang melihatnya, tapi dia tidak melakukannya.

Saya menilai, selain jujur, Mulyadi juga memiliki kecerdasan spiritual yang luar biasa. Dia merasa apa yang dilakukannya dilihat oleh Allah SWT dan dicatat oleh malaikat. Oleh karena itu, dia merasa apa yang dilakukannya, mungkin saja bisa luput dari penglihatan manusia, tapi tidak akan luput dari penglihatan Dzat yang Maha Melihat Allah SWT, dan catatan malaikat rakib dan atid yang bertugas mencatat amal manusia di dunia.

Pendidikan Keluarga

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan, Mulyadi mengatakan alasannya menyerahkan uang 100 juta yang ditemukannya di toilet mall ke CS mall tersebut adalah karena dia diajari oleh orang orang tuanya untuk berlaku jujur kapan pun dan dimana pun. Kejujuran menjadi kunci kepercayaan orang lain dan kesuksesan hidup. Kejujuran menimbulkan ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Inilah prinsip yang dipegang teguh oleh Mulyadi.

Kejujuran perlu dimulai dari lingkungan yang paling kecil dalam masyarakat, yaitu lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, dan orang tua adalah yang menjadi guru pertama dan utama baginya. Dengan kata lain, pendidikan keluarga merupakan fondasi yang harus diperkuat dalam membentuk karakter anak.

Kadang, dalam keluarga, secara tidak sadar orang tua mengajarkan ketidakjujuran kepada anaknya. Misalnya, orang tua menyuruh anaknya berbohong, mengatakan bahwa orang tuanya tidak ada di rumah ketika ada yang menagih hutang. Orang tua yang suka berbohong juga dapat menjadi contoh bagi anak untuk ikut-ikutan berbohong. Selain itu, karakter orang tua yang pemarah juga kadang membuat anak terpaksa berbohong ketika melakukan sebuah kesalahan karena takut dimarahi oleh orang tuanya. Oleh karena itu, kejujuran pertama dan utama harus diteladankan oleh orang tua kepada anaknya.

Selain Mulyadi, tahun 2012, Agus Chaeruddin, seorang office boy sebuah bank juga menyerahkan uang 100 juta yang ditemukannya di tempat sampah. Ketika diminta tanggapan terhadap tindakannya tersebut, dia menjawab “Allah Maha Melihat”.Sebuah jawaban yang luar biasa, singkat, padat, tapi menohok ke dalam hati sanubari. Tingkat keimanannya sudah pada level yang tinggi. Di mata Allah, nilai seorang manusia bukan dilihat dari seberapa tinggi gelar dan jabatannya dan seberapa banyak harta yang dimilikinya, tetapi sejauh mana kualitas keimanan dan ketakwaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun