Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Humanistik pada Masa Pandemi

7 November 2020   22:02 Diperbarui: 28 April 2021   21:32 2394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PEMBELAJARAN HUMANISTIK PADA MASA PANDEMI

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan dan Pengamat Masalah Sosial) 

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai dampak pandemi Covid-19 sudah berjalan berlangsung selama sembilan bulan, tepatnya dari Maret hingga November 2020. Berbagai survei yang dilakukan baik oleh Kemendikbud, organisasi profesi guru, maupun oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menunjukkan hal yang sama, yaitu adanya kebosanan atau kejenuhan dari peserta didik selama Belajar Dari Rumah (BDR).

Orang tua pun sudah banyak yang mengeluh kurang bisa mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah dengan berbagai alasan, baik kaitannya dengan waktu karena mereka pun banyak yang bekerja maupun bingung apa yang harus dilakukan. Mereka hanya bisa menyuruh anaknya belajar tanpa bisa membimbing karena mereka kurang paham dengan tugas yang diberikan oleh guru. Kasus ini cukup banyak terjadi pada jenjang SD, sedangkan pada jenjang SMP dan SMA/SMK, para peserta didik relatif lebih bisa mandiri. Kadang, mereka lebih "percaya" kepada mbah google daripada harus bertanya kepada orang tuanya saat mencari jawaban dari sebuah tugas.

Para guru pun kalau harus memilih, pastinya akan lebih memilih Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di ruang kelas dibandingkan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena dihadapkan pada tantangan yang lebih berat dibandingkan dengan PTM. Belum lagi kalau dikaitkan dengan sarana (smartphone dan laptop), akses, dan sinyal internet yang kurang stabil khususnya untuk mendukung pembelajaran daring. Dengan kata lain, baik guru, peserta didik, dan orang tua merasa kurang nyaman dengan kondisi saat ini. Walau demikian, PJJ dinilai sebagai alternatif yang paling memungkinkan dilakukan pada masa pandemi saat ini.

Dampak dari kondisi seperti ini, sulit dipungkiri terjadi penurunan kualitas belajar. Anak-anak sudah banyak yang ogah-ogahan terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Walau guru memberikan tugas secara mencicil, tapi faktanya ada peserta didik yang suka menumpuk tugas sehingga mereka stres sendiri pada saat mendekati deadline  pengumpulan tugas. Akibatnya, orang tua pun ikut-ikutan stres dan emosi karena melihat anaknya yang malas mengerjakan tugas.

Kondisi pembelajara saat ini memang kurang ideal. Walau demikian, bukan berarti harus saling menyalahkan. Semua pihak harus bergerak dan menjadi bagian dari solusi. Kemdikbud terus berupaya mencari alternatif solusi dan mengevaluasi kebijakan PJJ di masa pandemi. Guru mencari cara atau mengembangkan strategi PJJ yang sesuai agar tidak menyulitkan dirinya dan memberatkan peserta didik.

Para orang tua perlu membantu pelaksanaan PJJ dengan membimbing anak-anaknya seoptimal mungkin walau dihadapkan pada keterbatasan. Minimal dengan tetap memotivasi anaknya untuk belajar, mengingatkan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh anaknya, menyediakan nutrisi yang cukup bagi anak-anaknya agar mereka sehat dan bisa belajar dengan baik, ikut mendoakan semoga semua pihak yang terkait dengan PJJ diberikan kesabaran dan kekuatan, serta mendoakan agar pandemi ini segera berakhir.

Pembelajaran PJJ pada masa pandemi ini perlu dilakukan secara humanistik, yaitu dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Mengapa demikian? Karena kondisinya dihadapkan pada cukup banyak tantangan dan berisiko menyebabkan stres. Pembelajaran diupayakan tetap menyenangkan dan membangun pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.

Implementasi dari pembelajaran yang humanistik pada masa PJJ misalnya, pada pagi hari, sebelum guru memberikan materi atau memberikan tugas, terlebih dahulu menyapa dengan gaya bahasa yang ringan dan membangun keakraban, mendoakan peserta didik, dan memotivasi mereka, serta memberikan optimisme bahwa para peserta didik dapat belajar atau mengerjakan tugas dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun