Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter "Masagi" untuk Jabar Juara

7 Desember 2018   09:53 Diperbarui: 7 Desember 2018   10:50 2798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Urang Bandung harus nyunda, dalam artian mencintai budaya sunda sebagai bagian dari budaya nasional. Di tengah derasnya gempuran budaya asing, maka orang Bandung harus menjadi bagian dari unsur bangsa yang ikut mempertahankan budaya bangsa termasuk budaya daerah. Istilahnya, wawasan boleh global, tapi aksi atau jati diri lokal. Implementasinya bisa dalam bentuk yang beragam. Misalnya dengan berbahasa sunda ketika berbicara, menggunakan pakaian adat sunda, mempelajari seni sunda, melestarikan kaulinan budak sunda, bersikap, dan berperilaku nyunda, dan sebagainya.

Banyak sekali nilai-nilai filosofis Sunda yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dalam membentuk karakter seperti silih asah, silih asuh, silih asuh, silih wawangi (hidup harus saling menyayangi dan mengasihi). Akur jeng dulur sakasur, sadapur, sasumur, salembur (harus  hidup rukun). Munjung ka Idung, muja ka bapa (berbakti kepada kedua orang tua). Ulah unggut kalinduan, ulah gedag kaanginan (harus memiliki pendirian yang teguh), dan sebagainya. Intinya, budaya Sunda harus dipahami, dijiwai, serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Cinta Lingkungan

Dalam masyarakat Sunda dikenal peribahasa leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak yang artinya kalau hutan dirusak, pohon ditebang, maka air akan habis, dan akibatnya manusia akan hidup sengsara. Hal itu merupakan sebuah pesan manusia harus menjaga kelestarian hutan sebagai penopang kehidupan manusia.

Menurut data State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan 'gelar kehormatan' bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. Sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah.

Setiap menit hutan Indonesia hilang seluas lapangan bola. Hutan yang tersisa kini 82 juta hektar. Masing-masing 19,4 juta hektar di Papua, 26,6 juta hektar di Kalimantan, 11,4 juta hektar di Sumatera, 8,9 juta hektar di Sulawesi, 4,3 juta hektar di Maluku, serta 1,1 juta hektar di Bali dan Nusa Tenggara.


Angka tersebut sangat mencengangkan sekaligus sangat mengkhawatirkan karena kerusakan hutan akan berdampak buruk terhadap lingkungan, binatang, dan kehidupan manusia. Binatang banyak yang lari dari hutan, masuk ke perkampungan warga karena habitatnya dirusak dan kelaparan. Begitu pun pencemaran terjadi di mana-mana baik di sungai, tanah, maupun udara, perilaku buang sampah sembarangan yang dianggap biasa. Semua sudah masuk tahap mengkhawatirkan. Oleh karena itu, gerakan cinta lingkungan perlu ditanamkan melalui dunia pendidikan.

Hal yang dilakukan Ridwan Kamil tersebut tentunya bisa dilihat sebagai sebuah inovasi program dalam bidang pendidikan, karena salah satu visinya tentunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Barat. Pada kurikulum 2013 pun yang saat ini diberlakukan pendidikan karakter sebenarnya sudah diintegrasikan, bahkan dipilah menjadi pendidikan karakter berbasis keluarga, pendidikan karakter berbasis sekolah, dan pendidikan karakter berbasis masyarakat.

Ada lima nilai karakter yang difokuskan, yaitu (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) gotong royong. Dalam konteks pendidikan dan pembelajaran di sekolah, nilai-nilai karakter tersebui diinterasikan dalam kegiatan pembiasaan, pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler. Melalui pendidikan karakter Jabar Masagi, mungkin Ridwan Kamil ingin memberikan penguatan, melengkapi, dan memperkaya, serta memberikan ciri bahwa Jawa Barat selain menerapkan pendidikan karakter yang diberlakukan secara nasional oleh Kemdikbud, juga menerapkan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, khususnya filosofi sunda.

Masyarakat sunda memang kaya dengan nilai-nilai pendidikan karakter, misalnya Antara lain Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh, dan Silih Wawangi. Silih Asah artinya adalah saling berbagi pengetahuan dan informasi agar sama-sama memiliki kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Ilmu yang disebarkan akan semakin memberikan manfaat kepada yang lain dan tentunya akan semakin berkah. Silih Asih artinya adalah saling menyayangi dan saling mengasihi. Tidak membeda-bedakan antara yang dengan yang lain. Kasih sayang akan melahirkan kenyamanan, kedamaian, kerukunan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan antar masyarakat.

Silih Asuh adalah saling menjaga atau saling mengayomi. Orang yang kuat membantu orang yang lemah, orang kaya membantu orang miskin, atau senior menjadi mentor juniornya. Dengan demikian, akan terjalin keharmonisan dalam kehidupan. Pada intinya manusia, baik kuat atau lemah, kaya ataupun miskin saling membutuhkan. Orang kaya jangan sombong dan pelit. Begitupun orang miskin harus mau bekerja pada orang kaya. Disitulah akan terjalin kerjasama yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun