Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Kita Sudah Menjadi Tetangga yang Baik?

14 September 2018   09:04 Diperbarui: 14 September 2018   14:47 2684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masuk Pak Eko, eh pak Ekonya tidak bisa masuk karena tak punya jalan masuk ke rumahnya."

Itulah sebuah status yang saya baca di wall FB seorang teman. Kalimat "masuk pak Eko" populer bersamaan dengan viralnya video seorang polisi yang bernama Eko yang piawai dalam melempar berbagai perkakas seperti pisau, gunting, dan gergaji tepat ke sasaran.

Kalimat kedua merupakan sebuah bentuk keprihatinan yang ditujukan kepada seorang warga di Bandung yang bernama Eko juga karena rumahnya terkepung oleh rumah-rumah di sekelilingnya sehingga tidak memiliki jalan masuk dan keluar rumah.

Hidup bertetangga perlu memahami dan menaati norma dan etika yang berlaku supaya hidup bisa rukun, aman, tertib, dan damai. Ajaran Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antartetangga.

Rasulullah Muhammad Saw bersabda "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya" (HR Bukhari dan Muslim). 

Lalu dalam hadits yang lain Rasulullah Saw bersabda "Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: 'Siapa itu wahai Rasulullah?'.

Beliau menjawab: 'Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa'iq-nya (kejahatannya)" (HR. Bukhari dan Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: "Bawa'iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat. Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin.

Dua hadits di atas mengajarkan kepada setiap muslim menghomati dan menaati etika hidup bertetangga. Tetangga adalah orang yang tempat tinggalnya paling dekat dengan rumah kita.

Manusia bukan hanya sebagai individu, tetapi juga makhluk sosial. Dia tidak bisa hidup sendiri, tetapi perlu hidup berdampingan dan saling membantu dengan orang lain.

Tetangga adalah orang yang membantu ketika kita mendapatkan kesulitan, yang pertama kali menengok ketika kita sakit, dan yang melayat ketika meninggal. Oleh karenanya, perkataan, sikap, dan perilaku harus dijaga. Jangan sampai menyinggung perasaannya. Masalah-masalah yang terjadi di lingkungan tetangga lebih banyak disebabkan oleh miskomunikasi dan penyakit hati seperti iri dan dengki terhadap kesuksesan tetangga.

Ajaran Islam mengajarkan kita untuk saling berbagi dengan tetangga. Rasulullah Saw mengajarkan agar kita mau berbagi dengan tetangga. Beliau bersabda "Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik" (HR. Muslim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun