Tetapi ketika kita harus mengerjakan dua tugas yang sama-sama membutuhkan konsentrasi penuh dan proses pengambilan keputusan, maka otak kita akan overload. Salah satu efek negatif dari multitaskingadalah penurunan kemampuan memori – khususnya short term memoryatau disebut ‘working memory’.Bagian otak inilah yang pertama kali mengolah informasi yang masuk untuk disimpan dalam ingatan. Bila kita sedang mengerjakan atau berpikir tentang beberapa hal dalam waktu bersamaan, maka bisa terjadi stimulasi berlebihan pada otak. Proses atensi pun akan berpindah-pindah. Akibatnya, otak tidak dapat memilah mana informasi penting dan tidak penting, sehingga Anda menjadi mudah lupa. Demikian hasil studi dari Clifford Nass, Ph.D.dari Stanford University (2009).
Karena penurunan fungsi otak tersebut, kita pun menjadi stres dan mudah tersulut emosi marah. Menurut Dr. Martina W. Nasrun, Sp.KJ(K),psikiater dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, jika multitaskingini terus dilakukan dalam kondisi stres, maka lama kelamaan sel otak pun menjadi rusak. Dan hal ini dapat mempercepat munculnya gejala Alzheimer.
Berdasarkan kepada hal tersebut, maka bekerja secara multitasking pada dasarnya tidak disarankan, harus fokus, menentukan skala prioritas sehingga pekerjaan bisa selesai tepat waktu, kualitasnya tetap terjaga, dan tidak membuat diri menjadi tertekan, tapi kalau memang bisa mengelolanya dengan baik, bukan hal yang terlalu buruk juga.
Penulis, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ).