Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Profesionalisme, Bergurulah Kepada Semut

16 Mei 2016   14:04 Diperbarui: 16 Mei 2016   14:19 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semut tentara bertugas untuk melakukan pengawasan, membangun koloni, melakukan ekspansi wilayah, membuat lingkungan baru, dan berburu mangsa. Semut pekerja merupakan sebuatan bagi semut betina yang belum kawin dan mandul. Tugas mereka adalah merawat ratu semut, larva (telur), memelihara kebersihan, hingga menyediakan makanan bagi semut tentara. Semut pekerja hanya mampu bertahan hidup 45-60 hari.

Semut penjaga gerbang bertugas untuk menjaga stabilitas keamanan antara dunia dalam dan dunia luar. Semut penjaga akan menyumbatkan kepalanya yang memiliki ukuran yang pas dengan lubang. Mereka menggunakan kepala karena merupakan bagian yang paling kuat dan dilengkapi dengan detektor.

Semut insinyur menguasai teknologi, strategi militer, memiliki jaringan komunikasi yang canggih, serta mempunyai benteng-benteng untuk berlindung dan barak militer di bawah tanah. Mereka juga ahli dalam mengunyah atau memamah kayu, kemudian mengubah kunyahan tersebut menjadi karton. Semut juga ahli dalam perhitungan matematika, ahli dalam arsitektur, pertanian, dan perbuaruan.

Kedua, kerjasama.Dalam bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, para semut tersebut bekerja sama sehingga membentuk satu sistem dan satu kesatuan yang solid dan utuh. Dengan kerjasama, mereka dapat membawa benda yang beratnya berlipat-lipat dari berat badan mereka.

Ketiga, solidaritas.Koloni semut memiliki tingkat solidaritas yang sangat tinggi mau bahu membahu dan saling bantu, sehigga beban yang berat pun akan terasa ringan. Jika terdapat gangguan pun, maka  mereka akan melakukan perlawanan secara bersama-sama.

Keempat, rela berkorban. Semut jantan mati setelah beberapa hari mengawin semut ratu, semut pekerja akan mati dalam waktu 45-60 hari. Hal ini menunjukkan bahwa semut memiliki sifat rela berkorban. Para semut tentara pun banyak yang mati di medan juang karena diserang oleh koloni semut yang lain, hewan yang lain, atau oleh manusia.

Kelima, Disiplin.Para semut disiplin melakukan tugasnya sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya, selalu tepat, cepat, bersemangat, dan tidak mengambil lahan pekerjaan semut yang lain.

Keenam, Bekerja keras.Para semut adalah pekerja keras. Mereka terus bekerja, bergerak secara dinamis, hampir tidak ada yang berhenti. Jika manusia bisa mengerti bahasa semut, mungkin hampir tidak terdengar ada semut yang mengeluh dengan tugas yang dibebankan padanya.

Ketujuh,komunikasi. Jika kita perhatikan, koloni semut ketika mereka bertemu pasti mereka “berciuman”. Aksi tersebut sebenarnya adalah bentuk komunikasi antara semut yang satu dengan semut yang lainnya. Mereka saling memberitahukan lokasi terdapat sumber makanan atau musuh. Semut memiliki feromon, yaitu zat kimiawi yang yang memungkinkan mereka berkomunikasi dengan anggota koloni  mereka. Semut pun memiliki “antena” atau “kumis” pada bagian depan tubuh mereka. Melalui “antena” tersebut, mereka dapat saling mengenali seluruh  anggota koloninya.

Itulah enam pelajaran yang diambil dari semut, hewan yang menurut kita kecil dan lemah. Dengan merenung dan melakukan refleksi diri dari hewan tersebut, manusia akan semakin sadar terhadap pentingnya sebuah profesionalisme. Dalam sebuah organisasi, profesionalisme disamping menjadi sebuah tuntutan dan kebutuhan, juga harus menjadi budaya.

Organisasi yang profesional berawal dari para personil yang profesional. Disamping memiliki kompetensi, sosok pegawai yang profesional juga memberikan pelayanan prima dan sangat memperhatikan kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal (Pimpinan dan sesama rekan kerja) maupun pelayanan eksternal (pelanggan atau masyarakat yang butuh pelayanan). Mari kita bertanya kepada diri masing-masing, apakah kita sudah mencerminkan sebagai sosok pegawai yang profesional? jawabannya ada pada diri kita dan track record kinerja kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun