Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selamat Jalan Jona Kucingku

23 Juli 2021   23:16 Diperbarui: 23 Juli 2021   23:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hari itu, Tepat pada pukul 07:50 WIB. Hari Jum'at, 16 Juli 2021. Jona kucing kesayanganku menghembuskan nafas terakhirnya. Lantaran ia telah menderita sakit selama hampir seminggu.

Di hari pertamanya sakit, aku tidak terlalu menganggap penyakit yang dideritanya adalah sebuah penyakit yang serius karena kondisi badan Jona sehat dan masih bisa berjalan, hanya saja dia sudah tidak mau makan.

Pada hari kedua, ku pun mulai heran terhadap Jona yang tidak mau makan. Namun sayang, keherananku menganggap Jona hanya bosan dengan merek makanannya. Sehingga kumulai memutuskan untuk membeli merek makanan yang baru untuknya. Tak berpikir panjang di sore harinya, ku langsung bergegas membeli makanan baru untuk Jona dengan merek Royal Canin.

"Jona, Aku beli makanan baru dulu ya, buat Jona" ucapku pada Jona sambil sedikit merasa panik.

Aku langsung bergegas membeli makanan jona dengan mengendarai sepeda motorku. Selang dari 15 menit, aku pun pulang dari petshop dengan membawa tentengan yang berisi makanan Jona. Ku langsung parkirkan motorku dan berlari dengan semangat menuju kontrakanku yang di sana ada Jona yang sedang menunggu. Sambil berlari ku berharap Jona senang dengan makanan merek barunya.

"Krek" suara pintu kubuka dan langsung kupanggil Jona.

"Jona sayang, makanan barumu datang nih. Moga kamu suka ya"! ucapku sambil bernafas kencang karena kecapean.

Aku pun mulai menuangkan makanan itu, dan langsung menyuguhkannya pada Jona.

"Makan ya Jon, habiskan" tegasku pada jona.

Aku sempat tersenyum, Jona mulai mengendus makanan baru yang kusuguhkan. Namun sayang, kukira Jona mau makan tapi ternyata Jona hanya mengahampiri dan mengendus makanan itu. Setelah itu, Jona malah berbaring kembali ke kasurku tempat di mana ia biasanya tidur.

Melihat Jona yang sudah dua hari tidak makan. Aku kembali berpikir dan panik. Hati mulai bimbang dan pikiran pun melayang tidak karuan. Ku coba tanya teman-temanku yang sama-sama juga memelihara kucing dengan harapan bisa mendapat jawaban soal masalah Jona kucingku yang sedang sakit.

Pada malam harinya setelah aku membeli makanan baru Jona, kutemui sahabatku Mulyadi di kontrakannya. Untuk sedikit berbicang soal Jona kucingku.

"Tok Tok Tok"! suara pintu kuketok.

"Krek" pintu dibuka oleh sahabatku Mulyadi.

"Eh, Elo bro, silakan masuk" ujar Mulyadi mempersilahkan aku masuk kontrakannya.

"Tumben malam-malam kesini" lanjutnya.

"Ia bro" jawabku

"Bro, kucingku Jona sudah dua hari tidak makan. Kira-kira dia sakit apa ya"? lanjutku tanya Mulyadi.

"Kamu sudah bawa dia ke dokter"? tanya balik Mulyadi padaku.

"Belum bro, soalnya fisiknya sih sehat" jawabku seraya sambil merenung.

"Jona cacingan kali bro. Coba kamu beli obat cacing dan beri dia vitamin mungkin nanti dia akan makan" saut Mulyadi dalam keadaan merasa bingung.

Setelah medengar arahan dari Mulyadi, aku pun pulang dan sejenak sambil memikirkan pendapat Mulyadi yang kuanggap sangat masuk akal.

Di Hari ketiga Hari Rabu tepatnya, sekitar jam 4 sore sepulang kerja ku pergi ke petshop untuk  membeli obat cacing dan vitamin yang sesuai Mulyadi sarankan pada ku tempo hari.

"Jona, aku beli obat cacing dan vitamin dulu ya buat Jona. Kayanya Jona cacingan dan perlu minum vitamin" ujarku sambil mengelus Jona yang sedang tertidur lelap.

"Brem brem brem" suara motor kunyalakan

Aku langsung pergi ke petshop seperti biasa menunggangi sepeda motorku.  Di Hari ini aku sedikit lama di petshop karena antrian panjang, berjubel oleh pembeli. Kuranng lebih setengah jam ku antri, akhirnya ku dapat juga obat cacing dan vitaminnya. Aku pun langsung buru-buru pulang karena takut Jona sedang menunggu kesakitan.

Sesampainya di Kontrakan, ku langsung parkirkan motor di tempat biasa ku parkir. Dan kembali ku berlari terbirit-birit ke arah kontrakanku yang di mana Jona sedang menungguku.

"Krek" suara pintu kubuka

Ku langsung sambangi Jona untuk memberikan obat cacing dan vitaminnya. Tapi sayang, ternyata Jona masih tertidur lelap. Rasanya, tak kuasa hati ini untuk membangunkannya. Untuk itu, ku lebih memilih menunggu Jona bangun tidur  baru kuberikan obat dan vitaminnya.

Sehabis magrib Jona pun mengeong

"Ngeong, ngeong" suara Jona,

Itu tandanya jona sudah bangun dari tidurnya. Aku pun langsung ambil Jona dan kutimang-timang sebelum ku memberikan obat cacing dan vitaminnya.

"Jona udah bangun hehe"! kataku sembil ketawa kecil dan menimang-nimang Jona

Selang dari 5 menit kutimang Jona, Aku langsung duduk dan mengelus Jona untuk menyuapi obat cacing dan vitamin Jona. Saat ku menyuapi, ternyata Jona tidak mau menelannya. Aku sempat bingung sejenak dan berpikir bagaimana cara menyuapkan obat dan vitamin yang sudah kubeli. Setelah ku hampir kehabisan cara, akhirnya ku menemukan ide tarakhirku. Yaitu dengan membuka paksa mulut Jona dan memasukan obat cacing plus vitaminnya. Cara ini memang sedikit kasar, namun demi kesehatannya, dengan penuh keterpaksaan dan perasaan yang sedih itu ku lakukan.

Ku himpit badan Jona dengan kedua pahaku, lalu ku penggang mulutnya dan kubuka paksa dengan tanganku. Akhirnya, mulut Jona terbuka dan ku berhasil memasukan obat cacing dan vitamin ke dalam perutnya. Keberhasilan ini membuat ku senang, dan berharap di hari esoknya Jona pulih dan mau makan kembali. 

Selepas minum obat Jona pun terlihat lemas dan tidur di sampingku. Dalam hatiku berkata aku merasa bersalah telah kasarin Jona.

"Jona maaf ya, aku sudah memaksa mu meminum obat. Jona tidur ya, besok Jona sehat dan bisa makan lagi" ucapku dalam hati sambi terbaring tidur bersama Jona.

Pada esok harinya, Hari Kamis tepatnya. Hari keemat di mana Jona sakit.  Sebelum ku berangkat kerja, ku sempat tengok perkembangan Jona yang masih belum ada perubahan. Dia masih terlihat lemas dan tidak mau makan. Padahal ku sudah siapkan makannya di tempat biasa dia makan. Dengan pikiran yang sedang kalut ku berangkat kerja sambil bersedih.

Saat ku sampai di tempat kerjaan. Pikiranku mulai tak tenang, bawaan hati ingin selalu pulang karena memikirkan tentang Jona. Namun, aku pun berpikir sebagai pekerja profesional aku memilih tetap bertahan bekerja dan menunggu sampai saatnya waktu pulang tiba.

Hari pun mulai petang, Jam sudah menunjukan pukul 16:00 Wib. Tandanya  waktu pulang pun sudah tiba. Dan aku siap-siap bergegas untuk pulang. Tepat pada jam 16:20 Wib. Aku pulang menuju kontrakkanku. Dalam keadaan letih ku sampai di kontrakkanku dan melihat Jona yang sudah berbaring kewalahaan. Hatiku semakin terpukul, tulang pun terasa remuk. Rasanya aku sudah tak berdaya melihat kondisi Jona yang sudah parah.

"Ya Allah, sehatkan Jona. Jangan kau ambil dulu dariku. Aku masih ingin bersamanya" sepintas do'aku saat duduk di depan pintu kontrakan sambil memegang kepala dan memandang Jona yang sudah tak berdaya.

Renungan dan kesedihanku tak membuat ku menyerah. Tak berpikir panjang  aku memutuskan, esok di hari Jum'at, aku akan bawa Jona ke dokter untuk memeriksa penyakit yang dideritanya.

"Jona, besok kita ke dokter ya sayang. Kita cek penyakitmu". ucapku sambil menjatuhkan air mata.

Pada hari esoknya, di hari kelima Jona sakit, hari Jum'at tepatnya. Saat ku mau berangkat kerja dengan pakaian yang sudah rapih, tiba-tiba kulihat Jona tergampar. Jona sedang kewalahaan bernafas. Kakinya pun mulai kejang-kejang, nafasnya sedikit-demi sedikit mulai melambat. Seketika, Tubuhku gemetar dan menangis sekencang-kencangnya dengan meneriakan nama Jona.

"Jona, Jona, kamu kuat Jona. Ayo bertahan Jona, kita akan ke dokter sebentar lagi Jona" teriakanku sambil menangis kencang.

"Jona, kamu kuat Jona, Jona, kamu kuat Jona" lanjutku dengan keadaan bergelimang air mata kesedihan.

Tak lama, nafas Jona pun menghilang dengan perlahan. Aku pun menangis makin kecang.

"Jonaaaaaaa, jangan pergi Jonaaaaa"! teriakku sambil menangis dengan kencang.

Nyawa Jona tak tertolong, aku pun terpuruk. Niat membawa Jona ke dokter yang telah kujanjikan tempo hari. Hanya menjadi sebuah angan-angan untukku. Jona meninggal terlalu cepat. Sehingga ku tak sempat membawanya ke dokter lantara tidak ada dokter hewan yang buka di pagi hari. Aku hanya bisa pasrah sambil meratapi kesalahan. Karena tidak membawa Jona ke dokter lebih awal.

Jona meninggal di usianya yang sudah menginjak 8 Tahun. Hal itu tentu telah menumpuk banyak kenangan bersamaku. Sehingga tak heran di hari kedelapan kematiannya ini, aku masih belum bisa melupakan semua tentangnya.

Tulisan ini, kubuat sebagai hadiah untuk Jona. Semoga Jona senang dan pergi dengan tenang. "Selamat Jalan Jona Kucingku".  Kini Jona tidak sakit lagi. Sampai ketemu di surga nanti. Amin

Jona, kamu adalah kucing terindahku, kucing kesayanganku sampai waktu berkata pulang.

CatLovers.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun