Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selamat Jalan Jona Kucingku

23 Juli 2021   23:16 Diperbarui: 23 Juli 2021   23:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selang dari 5 menit kutimang Jona, Aku langsung duduk dan mengelus Jona untuk menyuapi obat cacing dan vitamin Jona. Saat ku menyuapi, ternyata Jona tidak mau menelannya. Aku sempat bingung sejenak dan berpikir bagaimana cara menyuapkan obat dan vitamin yang sudah kubeli. Setelah ku hampir kehabisan cara, akhirnya ku menemukan ide tarakhirku. Yaitu dengan membuka paksa mulut Jona dan memasukan obat cacing plus vitaminnya. Cara ini memang sedikit kasar, namun demi kesehatannya, dengan penuh keterpaksaan dan perasaan yang sedih itu ku lakukan.

Ku himpit badan Jona dengan kedua pahaku, lalu ku penggang mulutnya dan kubuka paksa dengan tanganku. Akhirnya, mulut Jona terbuka dan ku berhasil memasukan obat cacing dan vitamin ke dalam perutnya. Keberhasilan ini membuat ku senang, dan berharap di hari esoknya Jona pulih dan mau makan kembali. 

Selepas minum obat Jona pun terlihat lemas dan tidur di sampingku. Dalam hatiku berkata aku merasa bersalah telah kasarin Jona.

"Jona maaf ya, aku sudah memaksa mu meminum obat. Jona tidur ya, besok Jona sehat dan bisa makan lagi" ucapku dalam hati sambi terbaring tidur bersama Jona.

Pada esok harinya, Hari Kamis tepatnya. Hari keemat di mana Jona sakit.  Sebelum ku berangkat kerja, ku sempat tengok perkembangan Jona yang masih belum ada perubahan. Dia masih terlihat lemas dan tidak mau makan. Padahal ku sudah siapkan makannya di tempat biasa dia makan. Dengan pikiran yang sedang kalut ku berangkat kerja sambil bersedih.

Saat ku sampai di tempat kerjaan. Pikiranku mulai tak tenang, bawaan hati ingin selalu pulang karena memikirkan tentang Jona. Namun, aku pun berpikir sebagai pekerja profesional aku memilih tetap bertahan bekerja dan menunggu sampai saatnya waktu pulang tiba.

Hari pun mulai petang, Jam sudah menunjukan pukul 16:00 Wib. Tandanya  waktu pulang pun sudah tiba. Dan aku siap-siap bergegas untuk pulang. Tepat pada jam 16:20 Wib. Aku pulang menuju kontrakkanku. Dalam keadaan letih ku sampai di kontrakkanku dan melihat Jona yang sudah berbaring kewalahaan. Hatiku semakin terpukul, tulang pun terasa remuk. Rasanya aku sudah tak berdaya melihat kondisi Jona yang sudah parah.

"Ya Allah, sehatkan Jona. Jangan kau ambil dulu dariku. Aku masih ingin bersamanya" sepintas do'aku saat duduk di depan pintu kontrakan sambil memegang kepala dan memandang Jona yang sudah tak berdaya.

Renungan dan kesedihanku tak membuat ku menyerah. Tak berpikir panjang  aku memutuskan, esok di hari Jum'at, aku akan bawa Jona ke dokter untuk memeriksa penyakit yang dideritanya.

"Jona, besok kita ke dokter ya sayang. Kita cek penyakitmu". ucapku sambil menjatuhkan air mata.

Pada hari esoknya, di hari kelima Jona sakit, hari Jum'at tepatnya. Saat ku mau berangkat kerja dengan pakaian yang sudah rapih, tiba-tiba kulihat Jona tergampar. Jona sedang kewalahaan bernafas. Kakinya pun mulai kejang-kejang, nafasnya sedikit-demi sedikit mulai melambat. Seketika, Tubuhku gemetar dan menangis sekencang-kencangnya dengan meneriakan nama Jona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun