Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kebijakan Energi Baru: Apakah Indonesia Siap Beralih ke Energi Terbarukan?

19 Februari 2025   14:15 Diperbarui: 19 Februari 2025   14:15 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Sumber: indonesiana.id/Febrianto)

Dalam beberapa tahun terakhir, isu transisi ke energi terbarukan semakin banyak dibicarakan di Indonesia. Pemerintah mulai menggalakkan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke energi ramah lingkungan. Namun, pertanyaannya adalah: sejauh mana kesiapan Indonesia untuk beralih ke energi terbarukan? Perjalanan ini penuh tantangan, tetapi juga membuka peluang besar bagi masa depan yang lebih hijau.

Ambisi dan Target yang Mulai Dicanangkan

Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Kebijakan ini menandai upaya serius untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, biomassa, dan geotermal. Pemerintah juga telah memperkenalkan Renewable Energy Bill, meskipun masih dalam tahap diskusi.

Namun, di balik target ini, ada tantangan besar. Transisi energi tidak hanya soal teknologi, tetapi juga soal perubahan kebiasaan, kebijakan yang konsisten, dan kesiapan infrastruktur. Jika tidak direncanakan dengan baik, upaya ini bisa menjadi sekadar wacana tanpa realisasi nyata.

Tantangan Infrastruktur dan Kesiapan Teknologi

Salah satu tantangan utama dalam transisi ke energi terbarukan adalah keterbatasan infrastruktur. Hingga saat ini, sebagian besar jaringan listrik Indonesia masih bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil, seperti batu bara. Sementara itu, energi terbarukan membutuhkan teknologi yang belum sepenuhnya matang dan tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Di beberapa daerah terpencil, akses ke listrik masih menjadi tantangan besar. Dalam kondisi seperti ini, sulit untuk membayangkan adanya transisi energi tanpa pembangunan infrastruktur dasar yang memadai. Selain itu, teknologi energi terbarukan membutuhkan biaya awal yang cukup tinggi. Meski pada jangka panjang lebih hemat dan ramah lingkungan, biaya investasi awal ini sering menjadi hambatan besar, terutama bagi investor lokal dan pemerintah daerah.

Keterlibatan Sektor Swasta dan Komunitas Lokal

Di tengah tantangan tersebut, sektor swasta dan komunitas lokal memiliki peran penting. Beberapa perusahaan besar di Indonesia sudah mulai mengadopsi panel surya dan teknologi ramah lingkungan lainnya. Startup energi juga bermunculan, mencoba menawarkan solusi inovatif dalam penyimpanan energi dan pengelolaan limbah.

Namun, yang tidak kalah penting adalah peran komunitas lokal. Banyak desa-desa di Indonesia yang mulai memanfaatkan energi terbarukan secara mandiri, misalnya dengan menggunakan turbin angin kecil atau biogas. Ini menunjukkan bahwa inisiatif dari akar rumput juga bisa menjadi kunci keberhasilan transisi energi. Jika pemerintah bisa memperkuat kolaborasi antara berbagai pihak, transisi ini akan menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun