Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveller amatir. klick: www.nyambi-traveller.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kuliner Adelaide, Cerminkan Keanekaragaman Budaya

27 Juli 2018   17:29 Diperbarui: 3 Agustus 2018   15:00 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adelaide Central Market| adelaidecentralmarket.com.au

Sesekali kami menggali informasi dari pemilik cafe tentang negeri dan cerita dibalik makanannya. Sejarah, dan dinamika perjuangan imigran dengan cita rasa kulinernya menyimpan sejarah panjang di balik kemegahan Australia Selatan. Jam menunjukan 20.30 malam. Udara dingin makin membekukan badan. Perlahan warga Adelaide undur diri dari cafe. Kami pun demikian.

Le Souk Restarurant. Musim bola tiba. Ini ditandai bergulirnya gelaran piala dunia di awal Idul Fitri. Warga Australia Selatan yang tidak suka bola kaki ketimbang American Football, turut merasakan demam FIFA Word Cup 2018. Siang itu, 20 Juni 2018 Mas Budi mengajakku makan siang sambil berbincang bola dan politik tanah air. 

Kuliner pilihannya antara makanan Afrika, Spanyol atau Timur Tengah. Kebetulan di FIFA Word Cup kami condong ke negara-negara tersebut...ha...ha... Restoran mewakili benua tersebut tersebar di berbagai sudut sentral market. 

Akhirnya, kami pilih kuliner kali ini Algeria (Aljazair) style. Seperti biasa, pelayannya dua orang Alajazair. Ramah dan berwajah khas negaranya. Dengan sumringah mereka senang menjawab semua pertanyaan kami di sela-sela melihat menu. Salah satunya bercerita bahwa ia dan ayahya datang di Adelaide bersama imigran lain untuk mengadu nasib di sini. Restorannya bernama "Le Saouk". Saya lupa tidak bertanya kepadanya arti nama restauran.

Pelayanan sekaligus pemilik ramah selalu ramah dengan konsumennya
Pelayanan sekaligus pemilik ramah selalu ramah dengan konsumennya
Sebagai awal, kami disuguhi teh beraroma "fresh mint" bercampur "pine nuts". Rasa fresh di awal sajian pelayanan mampu menghipnotis selera makananku sehingga tak sabar untuk menikmati sajian berikutnya. Apalagi pagi harinya, saya hanya makan pagi buah pisang, alpukat, dan susu murni setengah gelas. Kebayangkan, gimana rasa lapar siang itu. Di hatiku berkata, "kini aku harus makan nasi. Apa pun lauknya, nasi harus tersedia di makan siang ini".

Saat kulihat menu, terlihat nasi coklat dicampur rempah-rempah. Ia bernama "Merguez Brown Rice Breakfast". Seperti tertulis di daftar menu, makanan ini terbuat dari Merguez spicy sausages, 2 eggs with sumac, brown rice (with dates, raisins, roasted almonds, orange blossom, vanilla and cinnamon), natural yoghurt, mushroom, Le Souk Red Harissa and salad.

Sementara itu, menu andalan di sini adalah Chakchouka. Makanan yang terbuat dari minced beef, slow cooked for 6 hours with onion, garlic, crushed tomato and poached eggs in our Le Souk special spice blend sauce, served with bread. Sebagai penikmat kuliner Adelaide, Mas Budi mencoba Chakchouka, setelah pelayannya memberi rekomendasi.

Diselimuti lapar akut, kenikmatan makanan Aljazair dengan nasi coklat bercampur ayam, kacang, telur dan campuran lainnya serasa nikmat tiada tara. Tekstur rasa nasinya telah hilang. Ia ditelan dengan bahan campuran lainnya. Sungguh lezat dan terasa berat bumbunya.

Obrolan mengenai keadaan sosial dan politik terkini Indonesia silih berganti, sambil sesekali materi kuliah menyelingi diantara obrolan. Aksen benua Afrika di restoran kian terasa. Ada peta benua Afrika dan warna bendera negara Aljazair terpampang di dinding pojok. Tak terasa hampir lebih setengah jam kami duduk di situ. Terlihat pengunjung lain berdiri di pintu restaurant. Pertanda kami harus sadar bahwa konsumen berikut segera masuk.

Terakhir adalah YING CHOW Chinese Restaurant. Diantara puluhan bahkan ratusan restaurant China yang berderet di sekitar Central Market bahkan seantero kota Adelaide, mungkin inilah yang recommended. Buktinya, restoran ini selalu penuh. Bangku yang baru saja kosong, secepatnya pengunjung yang sudah mengintai di luar restaurant menempatinya. 

Saat kami makan malam setelah event AIA (Australian Indonesia Association), taste masakan Asia terasa banget. Empat mangkok berisi ikan, tofu goreng, terong dibuat semacam balado, dan sayuran semodel capcay, yang kami pesan "delecius". Pedasnya pas dengan lidah Asia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun