Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveller amatir. klick: www.nyambi-traveller.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin yang Mempengaruhi

5 Mei 2018   09:39 Diperbarui: 13 Mei 2018   10:20 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Influential leaders understand themselves and seek to understand others.  They use their leadership as a gift to serve others. They inspire others to lead, not to follow" (Ralph Nader)

Dalam hitungan bulan, tepatnya 27 Juni 2018, rakyat Indonesia akan memilih pemimpin di 171 daerah melalui pilkada (pemilihan kepada daerah) langsung. Terdiri pemimpin di 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota. Kemudian di tahun 2019, secara berurutan rakyat Indonesia memilih pemimpin nasional atau presiden Republic Indonesia. Seperti pilkada serentak sebelumnya (tahun 2017), yang menghasilkan pemimpin di 7 provinsi, 76 kabupaten dan 18 kota, dengan kinerjanya belum kelihatan, bayangan itu juga terlukis 2018. 

Pilkada belum secara cepat mencetak pemimpin harapan rakyat daerahnya. Korupsi, kemiskinan, pengangguran, dsb masih menjadi tantangan yang sulit dipecahkan. Hanya sebagian kecil pemimpin hasil pelkada yang menunjukkan kratifitas, inovasi sehingga bisa menjadi role model bagi daerah lainnya. Guna tidak mengulang rutinitas pemilihan kepemimpunan dengan hasil "biasa-biasa" saja, diperlukan kecerdasana rakyat untuk memilih model kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan dan panggilan zaman.

Meskipun Pemilihan umum merupakan media untuk memunculkan "pemimpin", namun pemimpin berpengaruh tidak melulu dari pemilihan model demokrasi liberal -- seperti pemilihan umum --, namun bisa muncul kapan saja. Karena pemimpin berpengaruh atau "influencial leader" biasanya tidak mesti ditunjuk (oppointed), tidak mesti juga kaya (memiliki kekayaan banyak) dan terkenal serta memegang kekuasaan politik berlebih. 

Namun pemimpin berpengaruh seperti diungkap Ralp Nader (lahir 27 Februari 1934), seorang pengacara, dan aktivis politik Amerika Serikat merupakan pemimpin yang memahami dirinya sendiri dan selalu mencari untuk memahmi yang lain. Dia menggunakan kepemimpinanya sebagai persembahan untuk melayani yang lain. Dia juga menjadi inspirasi yang lain untuk memimpin, dan bukan untuk mengikutinya tanpa reserve. Bahkan dalam konteks itu, tugas pemimpin berpengaruh adalah untuk menciptakan sebanyak mungkin pemimpin, bukan "follower".

Dalam konteks itu, penulis teringat ungkapan Eleanor Roosevelt, Ibu Negara Amerika Serikat dari tahun 1933 sampai 1945, menggambarkan seorang pemimpin sejatinya selalu berkata dalam dirinya bahwa untuk mengelola diri sendiri, pergunakanlah kepala dan pikiran kita. Sementara untuk mengendalikan orang lain, dia harus mengedepankan "hati nurani" kita (To handle yourself, use your head, and to handle others, use your heart). Artinya, seorang pemimpin harus selalu "berkaca" kepada hati kecilnya dalam mengukur tindakan kepemimpinannya.

Ini berbeda jauh dengan kepemimpinan di dalam managemen sebuah perusahaan dan organisasi. Managemen selalu berbicara tentang "organism" dan "instructing" atau pengorganisasian dan instruksi serta perintah kepada orang lain. Sementara kepemimpinan -- apalagi "influencing leader" -- berupaya keras untuk melibatkan dan memampukan atau memberdayakan (nurturing) orang yang lain. Dalam istilah umum dikatakan bahwa manager selalu menggunakan kata "mengarakan" (direct) dan "mengendalikan". Sementara pemimpinan (leader) menggunakan melibatkan, mendorong dan menuntun (participate, engage dan encourage). Di sinilah Donald McGannon, lulusan Universitas Fordham dan chairman perusaha Westinghouse Broadcasting US, terkenal dengan istilahnya "Leadership is an action -- not a position". Kepeminpinan adalah aksi nyata, bukan sebuah posisi.

Power, Authority dan influence

Dalam konteks kepemimpinan inilah Dr. Jean Murray, dosen Flinders University, Australia, membedakan secara menderang antara kekuasaan (Power), kewengangan (Authority) and pengaruh (Influence). Kekuasaan biasanya diperoleh sesorang melalui proses politik electoral dan didorong dengan kepentingan atau "self interest" yang tinggi. Ia hadir dan pergi, tergantung situasi politik yang mengawalinya. Bila dalam satu periode pemilihan, pemilih menghendakinya, maka kekuasaaan tetap dalam genggamanya. 

Sementara kewenangan, terjadi di dalam lingkup organisasi yang diperoleh melalui suatu mekanisme penunjukan dalam struktur (appointed in a structure). Periodenya mengikuti kepemilikan posisinya. Sementara pengaruh atau pemempin yang berpengaruh (influences leader), bersifat personal dan pribadi. Pengaruhnya diperoleh dari orang lain yang bersemanyam diluar dirinya. Ia langgeng dan nempel di dirinya (personally held and retained).

Maka tak heran, bila pemimpin berpengaruh selalu memiliki tujuan jangka panjang yang jelas dan mudah dipahami. Ia dipercaya dan mempunyai kredibilitas mumpuni, dan selalu menghormati (respect) kepada hak-hak dan martabat (dignity) orang lain. Kepentingan khalayak banyak selalu menjadi taruhan utama, dibanding interest pribadi dan kelompoknya. Kata dan tindakan selalu menjadi tarikan nafasnya. Tidak pernah putus. Di sinilah penulis teringat ungkapan Mahatma Gandhi yang terkenal;

"Your beliefs become your thoughts. Your thoughts become your words. Your words become your actions. Your actions become your habits. Your habits become your values. Your values become your destiny"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun