Mohon tunggu...
Dewa Ketut Suharjana
Dewa Ketut Suharjana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Wirausaha

Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mpok Sara, Kodi Lee, dan Golden Buzzer

20 September 2020   13:21 Diperbarui: 20 September 2020   13:37 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Seorang anak muda pasca 20an tahun memasuki podium dengan dituntun seorang ibu paruh baya. Pemuda itu menderita tuna netra dan ternyata juga seorang authisme. Dia akan bernyanyi dengan memainkan piano. Wajah keheranan nampak dari juri, tentu saja penulis juga ketika pertama menonton vidionya.

Ketika sang pemuda mulai bernyanyi, semua mata terbelalak seakan tidak percaya seorang tuna netra dan authisme mampu bermain piano dan bernyanyi dengan sangat merdunya. Napas seakan tertahan hingga dia menyelesaikan lagunya standing ovation dari keempat juri dan semua penonton. Setelahnya.... juri memberikan Golden Buzzer untuk penampilan menariknya itu.

Singkat kata singkat cerita, pemuda itu kemudian melaju ke perdelapan final, perempat final, semi final dan akhirnya memenangkan kompetisi di akhir lomba. Dia menjadi juara pertama American Got Talent (AGT) 2019. Pemuda itu bernama Kodi Lee...

Sidang pembaca yang budiman, Rahayu Saraswati atau sekarang akrab disapa Mpok Sara menempuh esensi perjalanan yang kira-kira kalau dianalogikan juga sama dengan Kodi Lee. Aktivis perlindungan perempuan dan anak, mantan anggota DPR RI periode lalu dan (mantan) artis ini juga mendapatkan Golden Buzzer, ketika sembilan partai politik membentuk koalisi lokal di Tangsel dan mengusungnya menjadi Balon Wakil Walikota Tangsel, berpasangan dengan H. Muhamad yang menjadi Balon Walikota.

Ya betapa tidak, pasangan yang paling akhir terbentuk ini betul-betul muncul secara tiba-tiba mencuat dan mengagetkan jagat perpolitikan lokal Tangsel, bahkan juga nasional. Mulanya H. Muhamad terbaca di media masa dipasangkan dengan calon lain. Sementara nama Mpok Sara belum beredar. Begitu nama Mpok Sara muncul, berbarengan nama H. Muhamad disandingkan dengan Mpok Sara. Tak lama setelahnya PDIP dan Gerindra mengumumkan bahwa kedua partai itu mengusung paslon H. Muhamad-Sara ikut konstetasi Pilkada Tangsel.

Tiba-tiba dan sangat cepat...! Betul-betul teori manajemen stratejik dari Sun Tzu dipakai secara tepat dengan timing yang sangat pas. Ketika paslon lain masih pada fase merekatkan calon partai-partai koalisi, pasangan ini sudah settled. Lalu ketika pendaftaran paslon dibuka oleh KPU, pasangan ini mendaftarkan diri pada kesempatan pertama. Sungguh cepat sekali.

Kemunculan Mpok Sara yang tiba-tiba bukan saja menggegerkan rimba perpolitikan Tangsel tapi juga merubah total peta perpolitikan dan formasi koalisi partai. Termasuk didalamnya adalah berubahnya pasangan calon.

Pertanyaan dus tantangan selanjutnya, apakah tiket Golden Buzzer yang sudah ditangan bisa dikonversikan menjadi kursi Tangsel 01 dan Tangsel 02? Apakah total suara sembilan partai pendukung yang pada pemilu 2019 mencapai diatas 50% dari suara Tangsel bisa didulang kembali untuk memilih Paslon Muhamad-Sara?

Mpok Sara, dengan usia milenialnya, pasti tahu cara memikat pemilih usia muda atau usia tua berjiwa muda dan pemilih pemula serta pemilih yang mengingini perubahan di Tangsel. Apalagi ada partai milenial PSI yang pasti akan setia mendukung segenap sepak terjang Mpok Sara. Dengan segala kelebihan data mereka tentang milenial dan dunia IT, Mpok Sara pasti akan menjalani dengan sangat baik. Searching di dunia maya dengan berbagai media, kongkow di kafe atau warung kopi serta masuk ke dalam klub-klub sepeda, motor dan mobil pasti dengan mudah akan dijalanin Mpok Sara.

Tangsel dikenal dengan kompleks perumahannya yang besar-besar serta mewah. Ada kalangan  menengah atas di sana, bahkan crazy rich Tangsel. Ada juga kalangan dengan education backround yang tinggi serta kalangan terdidik lainnya. Dengan latar belakang pendidikan Mpok Sara yang tinggi, bahkan dia sudah bersekolah di luar negeri sejak usia dini sampai menyelesaikan graduatenya, maka bukan hal yang sulit tentunya bagi Mpok Sara berdiskusi bertukar pikiran serta merangkul kelas ini.

The last but not least, jangan lupa bahwa dua orang saudara kakek Mpok Sara gugur dengan gagah berani pada Pertempuran Lengkong pada 25 Januari 1946. Sebagai keturunan dari pahlawan Alm. Letnan I.R.M. Soebianto Djoyohadikusumo dan Pahlawan Alm. R.M. Soejono Djoyohadikusumo, yang dimakamkan di TP Tangerang, maka Mpok Sara sesungguhnya sedang melanjutkan perjuangan kedua buyutnya itu, cuman kali ini Mpok Sara tidak berperang mengangkat senjata demi Tangerang, namun Mpok Sara berjuang menjadi Pelayan Rakyat Tangsel periode mendatang.

Selamat berjuang Mpok.  (Ponjati 12092020DKS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun