Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berhenti Mencari "Passion", Biarkan "Passion" Mengikuti Kita

1 Juni 2018   15:46 Diperbarui: 2 Juni 2018   09:17 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada hari itu saya mengundurkan diri bekerja pada salah satu perusahan di Jakarta. Perusahaan tersebut jauh dari bayangan saya sebelumnya. Budaya kerjanya jauh dari yang saya duga, termasuk juga pola komunikasinya.

Saya sudah kepalang masuk keperusahaan tersebut notabenenya itu adalah perusahaan rintisan dan perusahaan keluarga karena mungkin kesalahan saya sendiri yang mencari passion di dunia kerja. Saya bertahan di perusahaan tersebut hampir 3 tahun. Saya keluar dari perusahaan tersebut setelah dua rekan kerja saya mengundurkan diri sebelumnya dan memang kami bertiga adalah rekan kerja yang men-support proyek di perusahaan tersebut

Sebelum saya masuk ke perusahaan tersebut, saya adalah seorang pengajar. Karena mungkin saya mengejar passion dan pendapatan yang lebih besar daripada mengajar, saya memutuskan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Pada saat saya berhenti dari pekerjaan saya di perusaahan tersebut, saya merasa lega. Sebenarnya saya sangat menyukai pekerjaan itu. Saya benar-benar melakukannya dengan baik hingga hubungannya berakhir.

Dan sejujurnya saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan setelah keluar dari perusahaan tersebut. Dan sejujurnya saya tidak mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion saya lagi. Jadi, saat ini saya melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh orang lain dalam situasi seperti ini. Saya tetap melakukan sesuatu untuk mendapat nafkah. Maksud saya, saya tinggal di sebuah perumahan yang harus dibayar tiap bulan ke bank dan harus membiayai anak dan istri saya. Jika tidak dibayar, saya tidak bisa tinggal tempat tersebut terlalu lama.

Saya merasa sangat kacau setelah berhenti bekerja dari perusahaan tersebut. Saya cemas, tertekan, dan tidak punya kehidupan untuk dibicarakan. Saya ingin menjaga agar pilihan saya tetap terbuka. Saya duduk di malam hari sambil minum kopi dan mendengarkan musik.

Saya berbicara pada istri saya. Saya mengatakan padanya, saya takut dan merasa tak yakin bahwa saya akan memilih menaiki kereta yang benar, sehingga menuju ke masa depan yang runyam. Istri saya menenangkan dengan mengatakan, "Ambil pekerjaan, pekerjaan apa pun yang kamu cintai. Kamu terjebak karena passion. Kamu tidak menciptakan kehidupan kamu terlebih dahulu, kemudian menjalaninya. Kamu (bisa) menciptakannya seiring dengan menjalaninya."

Sebelumnya ketika saya mendapat pekerjaan di perusahaan tersebut saya sangat senang. Saya tahu saya punya alasan untuk bangun di pagi hari, mandi, meninggalkan rumah, lalu orang-orang yang menunggu saya ketika saya tiba di sana, dan saya mendapat gaji setiap bulan. Apakah saya tahu bahwa saya benar-benar ingin menjadi seorang engineer kantor tersebut selama sisa hidup saya?

Saya berpikir apakah petugas kebersihan di jalan raya yang penuh dengan resiko atau pembersih kaca gedung-gedung tinggi itu hanya sekadar mencari nafkah, ataukah karena dia memiliki passion untuk jalan raya menjadi bersih dan kaca bersih mengilap? Saya pikir ada yang salah dengan cara berpikir saya, ataukah saya yang kelewat ambisius? Apakah saya tidak memiliki obsesi atau bakat yang hebat yang disembunyikan. Dan bahwa hidup saya tidak layak dijalani. Dan hal itu tidak benar.

Passion adalah semangat atau sebuah gairah untuk mencapai sesuatu, biasanya ditandai dengan meningkatnya kinerja kita dalam mencapai sebuah tujuan. Passion menurut Cambridge Advanced Learner's Dictionary "a very powerful feeling, for example of sexual  attraction , love, hate, anger or other emotion". Passion bukanlah pekerjaan, olahraga, atau hobi. Ini adalah kekuatan penuh perhatian dan energi yang diberikan kepada apa pun yang ada di depan kita. Dan jika saya begitu sibuk mencari passion ini, saya dapat melewatkan peluang yang mengubah hidup saya sendiri dan bisa juga kehilangan cinta yang besar.

Hal-hal yang ingin saya lakukan. Ingin menulis buku, mengajarkan sesuatu, atau ingin memulai bisnis, bahkan ingin mengubah karier. Tetapi jika saya duduk menunggu passion untuk muncul dan meraihnya, akan terlalu menunggu lama. Jadi jangan menunggu. Sebaliknya, saya habiskan waktu dan perhatian memecahkan masalah dan mencari masalah yang perlu dipecahkan.

Sangat berguna, dan hati senang. Orang-orang akan berterima kasih, dan menyalami saya dan membayar saya untuk itu dan di situlah passion berada. Di mana energi dan upaya saya memenuhi kebutuhan orang lain. Saat itulah saya menyadari: gairah hidup, dan menyadari apa yang saya harus sumbangkan bermanfaat bagi orang lain. "Membantu orang lain."? jangan menunggu. Mulai lakukan. Karena menjalani hidup yang penuh makna dan menghargai diri kita dan tidak mengikuti passion kita sendiri, biarkan passion  mengikuti kita. Akhirnya pekerjaan sebagai pengajar saya jalani kembali sampai saat ini dan passion yang mengikuti hidup saya seperti quote dari Steave Jobs "The only way to do great work is to do what you love"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun