Mohon tunggu...
Ida Zulva
Ida Zulva Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

menonton film, membaca dan jalan-jalan mengabdikan hal-hal yang ditemui

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Muhammad Arkoun Mengenai Kemoderenan

17 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 18 Januari 2024   06:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BIOGRAFI MUHAMMED ARKOUN

Mohammed Arkoun lahir pada tanggal 1 Februari tahun 1928 di Tourit-Mimoun, Kabilia, di bagian Timur. Kabilia merupakan suatu daerah yang mewarisi bahasa Berber dari Afrika Utara sejak zaman pra –Islam dan Romawi. Sebagai penduduk yang lahir di Kabilia maka sangat wajar jika Arkoun sangat menguasai bahasa tersebut. Bahasa lain yang Arkoun kuasai sejak kecil yakni bahasa Arab yang telah berkembang di Kabilia sejak Ekspansi Islam pada tahun pertama Hijriyah. Bahasa lain yang Arkoun kuasai yakni bahasa Perancis yang dipelajarinya di sekolah karena semasa Arkoun sekolah Aljazair diduduki oleh Perancis.

Arkoun menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di desa asalnya, Kabilia. Sekolah menengahnya diselesaikan di Kota pelabuhan Oran. Setamat SMA ia belajar bahasa Arab dan sastra Arab di Universitas Aljir pada tahun 1950-1954. Sementara mengenyam pendidikan di Universitas ia juga mengajar bahasa Arab pada sebuah SMA di al-Harrach yang berlokasi di daerah pinggiran ibu kota Aljazair.

Pendidikan formal terakhir diselesaikan Arkoun dengan meraih gelar Doktor pada bidang sastra pada tahun 1969di Universitas Sorbone, Paris, Perancis. Dengan disertasinya tentang humanisme dalam pemikiran etis Maskawaih, seorang pemikir Muslim Persia dari akhir abad ke-10 hingga awal abad ke-3 Masehi (w. 1030 M).  Dalam dunia Islam Maskawai dikenal sebagai tokoh yang menguasai berbagai bidang ilmu antara lain ilmu kedokteran dan filsafat dan menekuni soal-soal persamaan dan perbedaan antara Islam dan tradisi pemikiran Yunani.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, Arkoun menguasai tiga bahasa yakni bahasa Kabilia, Arab dan Perancis. Tiga bahasa inilah yang menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan pemikirannya. Faktor inilah, barangkali yang menyebabkan perhatiannya pada  peran bahasa dalam pemikiran dan masyarakat manusia demikian besar. Perjalan karirnya diawali dari menjaddi guru di SMA di Strasbroug dan diminta memberi kuliah di Fakultas Sastra Universitas Strasbourg pada tahun 1956-1959. Dua tahun setelahnya yakni pada tahun 1961 Arkoun menjadi dosen pada Universitas Sorbonne yang berada di Paris hingga tahun 1969. Selanjutnya di tahun 1970-1972 Arkoun mengajar di Universitas Lyon, kemudian kembali ke Paris sebagai guru besar sejarah Pemikiran Islam.

Analisnya terhadap pemikiran Islam yang berdasarkan pembuktian dan interaksi filsafati- religius telah membangkitkan kebebasan berbicara dabn berekspresi dikalangan intelektual dan tidak kalah pentingnya membuka peluang bagi munculnya “kritik”. Karena itu menurut Luc Barbulesco dan Philippe Cardinal, Arkoun merupakan seorang ustadz daripada sebagai dosen[1]. Arkoun seringkali menjadi dosen tamu dibeberapa universitas terkemuka, seperti University Of California di Los Angeles, Temple University Philadelpia, Arkoun juga pernah memberi kuliah di Rabur Fez, Aljir Tunisia, Damaskus, Teheran, Berlin, Kolombia dan Denver. Sejak beberapa tahun, Arkoun bertugas sebagai guru besar tamu di Universitas Amsterdam dan Institute of Ismaili London.


Di Indonesia sendiri pertama kali dikenal pada tahun 1987 dalam sebuah diskusi di Yayasan Empati. Muhammad Nasir Tamara adalah orang yang pertama kali memperkenalkanmya melalui artikel karyanya yang berjudu”Mohamme Arkoun dan Islamologi Terapan”. Arkoun sendiri sudah dua kali mengunjungi Indonesia pada acara seminar tentang “Contemporary Exspressing of Islam in Building”(Yogyakarta, November 1992) dan dalam rangka pemebrian Aga Khan untuk arsitektur (Yogyakarta dan Solo, November 1995).

Selain mengajar, Arkoun juga dipercaya menduduki jabatan-jabatan penting di Perancis, antara lain adalah sebagai direktur ilmiah majalah Studi Islam terkenal “Arabica”. Arkoun juga menduduki jabatan resmi seperti keanggotaan Panitia Nasional Perancis untuk bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran serta keanggotaan Majelis Nasional untuk AIDS Arkoun juga menduduki anggota legium kehormatan Perancis. Selain itu juga pernah mendapatkan gelar kehormatan Perancis untuk tokoh terkemuka pada level universitas.

Bisa dikatakan bahwa Arkoun adalah penulis yang produktif. Arkoun telah melahirkan berbagai macam karya. Antara lain la pense Arabe (Pemikiran Arab), lectures du coran (berbagai pembacaan Al-Qur’an), Discours covannique et pensee scentifique (Diskursus Al-Qur’an dan pemikiran ilmiah). Sebagian besar karya Arkoun memotret pemikiran Islam serta penafsiran Al-Qur’an. Selain karya berupa buku, Arkoun juga seringkali berkolaborasi denga penulis lain seperti Louis Gardet, Buchet Chastel, M. Arosio dan M. Borrmaus.

PEMIKIRAN MUHAMMAD ARKOUN

Dewasa ini pemikiran umat muslim saat ini belum mengalami pergerakan yang besar. Terutama pada hal-hal mengenai keagaaman. Mereka cenderung  masih memakai hasil pemikiran yang lampau yang bila diamati belum tentu sesuai dengan keadaan sekarang. Sehingga tidak sedikit di kalangan umat Islam serasa kurang mampu membedakan mana ajaran agama yang bersifat doktrin yang dilandasi oleh teks-teks suci, dan mana ajaran agama yang bersifat penafsiran atau interpretasi oleh para pemikir tempo dulu yang tidak menutup kemungkinan bahwa hasil pemikirannya itu tercampur oleh kepentingan-kepentingan politik dan kepentingan pribadi semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun