Pendahuluan
Kita tentunya sudah tak asing lagi dengan Abu Bakar ash-Siddiq. Beliau merupakan salah satu role model paling ternama dalam sejarah Islam. Orang-orang mungkin mengenal beliau atas kejujurannya, kedermawanannya, dan akhlakul karimahnya secara keseluruhan. Semua pernyataan itu benar dan sangat patut dijadikan teladan, namun ada baiknya kita mendalami lebih banyak lagi tentang satu tokoh mulia ini. Sebab, dari memahami sirah Abu Bakarlah hati penulis benar-benar tersentuh dan termotivasi untuk mengikuti jalan hidup beliau:
“Alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya seperti selembar daun yang tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti.” (Abu Bakar, dalam Bacaanmadani, 2018)
Sang Pendamping Setia Rasulullah
Setelah masuk Islam, Abu Bakar memberikan shadaqah empat puluh ribu dinar dan memerdekakan budak (Karman, 2024). Dalam Perang Tabuk, Rasulullah meminta semua Muslim untuk mengorbankan harta dan nyawanya untuk Allah. Saat Abu Bakar tiba-tiba datang dan meletakkan semua harta bendanya di antara dua tangan Rasulullah, Rasulullah terkejut dan berkata:
“Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan istrimu?”
Pertanyaan Rasulullah itu dijawab oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya.
“Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.”
Dalam peristiwa Hijrah dari Mekah ke Madinah, persahabatan sejati Abu Bakar dengan Nabi Muhammad SAW mencapai puncaknya. Dijelaskan oleh NU Jabar (2021), Abu Bakar menyambut ajakan tersebut dengan air mata bahagia, melihatnya sebagai kehormatan besar, bukan ancaman. Di Gua Tsur, dalam kejaran kaum Quraisy, Abu Bakar menunjukkan pengorbanan luar biasa. Ia meminta untuk masuk gua lebih dulu demi memastikan keamanan Nabi, sambil berkata,
"Demi Allah, janganlah engkau masuk ke dalam gua ini sampai aku masuk lebih dulu. Jika ada sesuatu yang buruk, maka biarlah aku yang akan mengalaminya, bukan engkau.”
Ia membersihkan dan menutupi semua lubang di dalam gua, bahkan dengan kakinya sendiri. Dikisahkan, ia disengat binatang berbisa namun menahan rasa sakit agar tidak mengganggu Nabi yang sedang tidur di pangkuannya (Widiyani, 2022).