Mohon tunggu...
Idah Maulidah
Idah Maulidah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berjuang dan berdoa. life is a courage. self introspection.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keunikan Pasarku: Pasar Tradisional Jantung bagi Warga Desa Tegalgubug

20 Desember 2014   20:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:52 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak mengenal kota Cirebon, kota yang dijuluki dengan kota udang dan kota wali. Cirebon cukup luas dan memiliki banyak desa. Salah satunya yaitu desa Tegalgubug, desa yang berada di jalur pantura (Pantai Utara) yang menghubungkan Jakarta ke Cirebon,  Jawa Tengah, Jawa Timur,  dan seterusnya.

Desa Tegalgubug merupakan desa yang berkembang dengan cepat, karena desa Tegalgubug memiliki karakteristik warga  yang religius, mandiri, dan tekun. Perkembangan tersebut seperti perkembangan dalam bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi.  Pendidikan di desa Tegalgubug kebanyakan berbasis pesantren, namun seiring berkembangnya zaman banyak didirikan sekolah-sekolah formal dari SD sampai SMA. Bahkan banyak juga pesantren yang mendirikan sekolah-sekolah formal.

Suatu daerah dikatakan berkembang atau maju dapat dilihat bukan hanya dari bidang pendidikan ataupun yang lainnya. Tetapi bidang ekonomi juga sangat mempengaruhi. Hal itu terjadi juga dalam desa Tegalgubug. Desa Tegalgubug boleh dikatakan bidang ekonominya  sangat berkembang karena desa Tegalgubug memiliki dua jantung yang dapat menghidupkan warga-warganya. Jantung tersebut ternyata terletak pada sektor Pasar Tradisional. Desa Tegalgubug memiliki dua pasar tradisional yang bernama “Pasar Lawas” dan “Pasar Sandang Tegalgubug”.

Pasar tradisional itu bukan hanya sekedar memberi kehidupan tetapi juga mempunyai keunikan tersendiri. Apa keunikan pasar tradisional desa Tegalgubug? Saya sering mengunjungi dan melihat pasar-pasar tradisional didaerah lain. Pasar tersebut antara pedagang barang sandang seperti pakaian dan pedagang sayur, makanan, dan sebagainya berada dalam satu tempat. Misalnya, pedagang pakaian berada di area depan dan pedagang sayur di area belakang. Nah, hal itu tidak terjadi bagi pasar tradisional di desa Tegalgubug. Dan itu menjadi keunikan tersendiri bagi pasar tradisional di desa Tegalgubug.

Dua pasar tradisional di desa Tegalgubug yang pertama bernama Pasar Lawas. Lawas berasal dari bahasa Jawa yang artinya lama. Pasar ini usianya memang sudah sangat lama oleh karenanya dinamakan Lawas. Pasar ini berada di Jalan Suropati Raya Desa Tegalgubug dan letaknya sangat strategis. Bagian depan pasar tepatnya diseberang jalan ada bangunan Masjid Jami Tegalgubug. Sebelah Utara ada sekolah MTs Al-Hilal. Sebelah Selatan ada kantor kuwu atau lurah (Balai Desa Tegalgubug). Dan sekitarnya adalah rumah warga.

Pasar Lawas ini hanya menjual bahan pangan seperti sayuran, buah, daging, makanan pokok (sembako) dan makanan ringan. Meskipun pasar ini menjual barang pangan uniknya pasar ini jarang memiliki bau yang tidak sedap. Setiap kali saya pergi belanja bersama ibu, saya merasa nyaman karena jarang mencium bau yang menusuk hidung dan meski masih bertekstur tanah di bawahnya. Orang yang belanja di pasar ini selain untuk kebutuhan pribadi, juga biasanya untuk di jual lagi di warung-warung kecil yang dirumah. Artinya, banyak warung-warung kecil di perumahan warga yang juga menjual sayuran, jadi jarang ada penjual sayur yang keliling.

Pasar yang kedua adalah Pasar Sandang Tegalgubug. Pasar sandang ini di dirikan oleh KH. Munaji bin KH. Muqoyyim (Kuwu Munaji) pada tahun 1970. Beliau mendapat modal dari pemerintah untuk mengembangkan ekonomi desa Tegalgubug. Modal tersebut awalnya di pakai untuk membeli mesin jahit dan kain BS yaitu kain yang memiliki harga murah tetapi bukan berarti bekas. Lalu masyarakat mulai mengembangkan keterampilan menjahitnya dengan membuat kipas angin yang terbuat dari kain. Semakin hari semakin berkembang keterampilan menjahit warga desa Tegalgubug oleh karena itu kebanyakan ekonomi warga bergantung pada menjahit.

Kemudian pada tahun 1975 didirikan pasar kain BS dan berkembang menjadi pasar Sandang Tegalgubug, disebut juga pasar baru karena berdiri jauh sesudah pasar Lawas. Pasar tradisional yang menjadi induk pasar sandang di wilayah Jawa Barat karena memasok barang langsung dari pabrik. Pasar yang hanya menjual barang-barang  sandang kalau di Jakarta seperti Pasar Tanah Abang tetapi masih banyak yang menggunakan bangunan dari kayu sebagai kiosnya. Mayoritas pedagang adalah warga desa Tegalgubug namun banyak juga yang berasal dari luar Cirebon dan luar Jawa seperti Sumatera. Oleh karena itu terjadi interaksi yang kompleks antara warga desa Tegalgubug dan masyarakat luar. Dan interaksi tersebut menjadi faktor penting dalam perkembangan pasar Sandang Tegalgubug. Dan pasar ini beroperasi dua kali dalam seminggu tepatnya hari Sabtu dan Selasa, lain halnya dengan pasar Lawas. Pasar Lawas buka setiap hari dari mulai subuh sampai jam 12 siang.

Berkat kegigihan warga desa Tegalgubug dalam bidang ekonomi, akhirnya kini desa Tegalgubug menjadi sorotan karena terkenalnya pasar sandang tersebut. Dengan segala sistem ekonomi yang telah dibuat oleh warga Desa Tegalgubug menjadikan dua pasar tradisional tersebut sebagai jantung kehidupan warga desa Tegalgubug.

[caption id="attachment_342262" align="aligncenter" width="576" caption="Pasar Sandang Tegalgubug dilihat dari depan"][/caption]


[caption id="attachment_342263" align="aligncenter" width="400" caption="Suasana pasar saat tidak beroperasi"]

1419057644930767908
1419057644930767908
[/caption]



Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun