Mohon tunggu...
Ida RS Napitu
Ida RS Napitu Mohon Tunggu... Guru - Educator

LIFELONG Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karakter Manusia sebagai Pilihan Hidup

7 Desember 2020   14:23 Diperbarui: 21 Desember 2020   14:35 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Penghargaan dan aib adalah insentif yang paling kuat untuk pikiran, bukan penghargaan seperti permen dan hukuman. Ketika seseorang mampu mengontrol tindakan perilakunya untuk suatu perbuatan baik, mereka akan mendapatkan penghargaan. Begitu keinginan untuk dihargai dan menghindari aib ditanamkan, mereka akan sangat termotivasi dan akan "selalu condong ke kanan".

Koreksi perilaku tidak dicapai dengan imbalan dan hukuman. Sebagai contoh, misalnya saja kita sebagai orangtua lebih memilih bersikap dingin atau diam ketika seorang anak melakukan kesalahan. Maka, ketika sudah terbiasa dengan begitu anak cenderung peka terhadap sekitarnya.

Kemudian, menanamkan pendidikan karakter yang tepat sasaran adalah dengan memberikan banyak contoh-contoh pengalaman hidup. Dengan memberi tahu bahwa menyapa orang terlebih dahulu menunjukkan ramah kita terhadap sesama merupakan hal yang simpel namun banyak sekali orang yang kurang peduli akan ini di zaman sekarang.

Contoh lain seperti bagaimana menghargai makanan yang setiap hari disiapkan untuk kita dengan cara bersyukur pun merupakan hal simpel namun banyak manusia melewatkan kesempatan menunjukkan rasa syukur tersebut.

 Atasan saya membagikan suatu perenungan yang membuat saya terkagum dan melihat bahwa karakter dapat ditanamkan pada seorang manusia. Suatu siang, beliau melihat hidangan makan siang yang disiapkan untuknya. Sebelum beliau menikmati hidangan tersebut, beliau berpikir bahwa sebelum makanan tersebut sampai di hadapannya, banyak sekali hal yang terjadi seperti petani yang menanam padi hingga memanen, petani sayur dan lauk yang harus diperhadapkan pada proses sebelum akhirnya menjual kepada distributor dan sampai kepada koki yang mengolah bahan mentah hingga matang. Perenungan ini membuat saya terkagum karena ternyata Tuhan memberikan hikmat kepada kita untuk menalar dan berpikir sehingga kita bisa memilih karakter seperti apa yang tepat untuk kita kenakan.

Sekali lagi, pendidikan karakter penting untuk diajarkan dan diarahkan kepada peserta didik karena kita sebagai pendidik tidak tahu setelah siswa tidak bersama kita, apakah pendidikan/ilmu yang didapat akan bermanfaat atau malah akan menjadi malapetaka bagi sesamanya. Yang menjadi suatu perhatian kita adalah bukan sekedar bagaimana siswa mengikuti pelajaran kita atau dapatkah mereka meraih skor tertinggi, tentu saja itu hal penting.

Namun, lebih daripada itu, saya sebagai pendidik khawatir jika siswa kurang berempati melihat sesamanya yang kekurangan dalam hal fisik misalnya. Dapatkah siswa saya menghargai orang tersebut dengan minimal membantu ketika ia akan menyeberang jalan? Atau ketika melihat antrean panjang pada kasir swalayan. Dapatkah siswa saya ikut antrean tanpa harus menerobos ke barisan depan?

Pendidikan karakter merupakan suatu modal utama manusia dari sejak dini untuk berkarya. Lalu kemudian, saya menganggap bahwa karakter seseorang adalah pilihan yang dia hidupi sepanjang hidupnya sehingga menjadi suatu identitas. Jadi, kita sebagai pendidik, guru maupun orangtua atau bahkan pihak sekolah penting untuk membuat rangkaian atau desain pembelajaran tentang karakter.

Menanamkan nilai-nilai kebajikan dan memberi ruang kepada siswa untuk berkreasi dalam berpikir juga membantu mereka mengeksplorasi anugerah penalaran yang Tuhan berikan. Masukan yang didapat dari role-model atau pendidik dalam hidup anaklah yang menjadi pilihan yang terlihat dan kemudian dia menggunakan naluri dan hikmat sehingga dapat memilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun