Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

25 Jam Sebelum Kebebasan Terenggut

29 Desember 2022   10:29 Diperbarui: 29 Desember 2022   10:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

25 Jam Sebelum Kebebasan Terenggut

Satu dari sedikit aktor muda yang menonjol di jagat perfilman Hollywood adalah Edward Norton. Jika Johnny Depp yang sama muda dan gantengnya dikenal berkat akting minimalisnya, Norton dikenal berkat kecakapannya memilih peran. Norton mulai disorot lewat permainannya di "Primal Fear" (1996) yang cemerlang. Keberhasilan ini kemudian membuka ribuan pintu peluang baginya. Norton menjadi scene stealer di melibas Richard Gere dan Laura Linney yang dipasang sebagai bintang utama. 

Aktingnya luwes dan alamiah sebagai pemuda berkepribadian ganda. Pencapaian ini mendatangkan pujian dari sejumlah kritikus dan belakangan Norton dilabeli segudang predikat demi menandainya jejaknya di peta sinema internasional. Di "25th Hour", Norton tak lagi sekedar pemeran pembantu. 'Derajat'nya naik sekian ratus persen, sebab "25th Hour" tak hanya memasang Norton sebagai bintang, namun juga mengangkat namanya.

"25th Hour" adalah layar besar bagi Edward Norton untuk mengerahkan segenap kemampuannya. Disini ia bermain sebagai Montgomery Brogan, seorang bandar heroin yang dijatuhi hukuman 7 tahun penjara. Dimulailah kisah "25th Hour", 25 jam menjelang Monty (panggilan akrab Montgomery) menjejakkan kakinya di penjara.

Yang mengasyikkan, banyak kejadian yang dilalui Monty dalam jangka waktu tersebut. Antara lain, kisah cintanya dengan gadis hitam manis, Naturelle Riviera (Rosario Dawson) hampir berantakan akibat kecurigaannya pada sang kekasih. Monty sempat berpikir, Naturelle yang menjebaknya hingga ia harus berurusan dengan polisi. Untungnya, Monty punya Jacob Elinsky (Philip Seymour Hoffman) dan Frank Slaughtery (Barry Pepper), sahabat kentalnya sedari kecil. Elinsky dan Slaughtery menemani Monty di detik-detik terakhirnya menghirup udara kebebasan. Kita juga menyaksikan bagaimana ayah Monty (pensiunan pemadam kebakaran) berusaha tetap tegar melihat putranya. Peristiwa--peristiwa inilah yang mengubah relasi kusut antar tokoh didalamnya menjadi karib kembali.


Sedari awal, "25th Hour" mencoba menyempil dari pakem film bertema senada. Sentuhan seorang Spike Lee sebagai sutradara menjadikan film ini terasa personal. Makin kental dengan sinematografi unik, editing rapi, dan (salah satu poin terbaik) ilustrasi musik yang ditata Terence Blanchard. Musik digubah sendu dan menekan perasaan, bunyi ini menyiratkan rasa kehilangan. Blanchard dengan teliti menyelipkan musik diantara ratusan gambar sehingga tak terasa sebagai latar saja. Lebih jauh musik Blanchard layak dipujikan sebagai kesatuan utuh.

Dari sekian banyak adegan yang memorable, ada satu yang menyita perhatian. Yaitu ketika Monty menatap potret khayalnya di depan cermin. Pada bagian ini, Monty bersumpah serapah yang memerahkan telinga. Inilah puncak akting Norton yang membuatnya pantas berjulukan aktor, tak sekedar bintang film.

Di "25th Hour", tak hanya Norton yang bermain menawan. Aktris muda Anna Paquin menunjukkan kematangannya sebagai Mary, siswi Jacob yang seksi. Para pria selepas menyaksikan penampilannya di layar bisa jadi berfantasi 'liar', karena 'kecanggihan' Paquin memainkan intonasi suara, mimik, dan bahasa tubuh. Setelah melihat aktingnya itu, rasanya tak berbekas lagi di ingatan kita tentang Paquin belia di "The Piano" (1993), film yang menganugerahinya Oscar Aktris Pembantu Terbaik.

Dari sekian elemen penunjang keberhasilan 25th Hour, jangan lupa pada blue print sebuah film bernama skenario. Esensi 25th Hour yang diadaptasi dari buku ini mulus diterjemahkan oleh David Benioff. Jangan heran, karena Benioff sendirilah yang menulis buku tersebut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun