Mohon tunggu...
Ichsan Andika
Ichsan Andika Mohon Tunggu... Lainnya - ...selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Ernst Schnabel meninggal 25 Januari 1986. Siapa tau ada hubungannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sang Pembawa Api di Alun-alun

13 Maret 2020   15:01 Diperbarui: 13 Maret 2020   15:00 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sering nonton wayang, Pak?”

“Lakon wayang selalu hitam putih. Kebaikan selalu menang. Kurang menarik.” Diambilnya lagi sebatang rokok 3 digit, lalu api menyala. Angin kebetulan berembus, namun api koreknya tidak terganggu. Dengan sekali sundut sudah membara ujung tembakaunya.

“Tidak, Pak. Semua tokoh wayang punya kelebihan dan kekurangan. Mereka selalu ditampilkan dengan penuh kekurangan dan khilaf.”

“Aku berbicara tentang lakon tadi. Para tokohnya menjadi menarik di tangan dalang. Abu-abu. Itu lah yang membuatku sering menonton wayang. Berbeda dalang berbeda pula jiwa tokohnya.”

Giliran aku yang mengeluarkan bungkus rokok 1 abjad. Angin masih berembus, butuh beberapa saat api korekku menari-nari menyambar ujung puntung. Beberapa kali sundut baru apiku menyala.

“Setiap manusia berhak berbuat salah, Pak. Itulah yang ditunjukkan oleh dalang dalam setiap tokohnya. Tokoh jahat mampu berbuat benar, tokoh baik mampu berbuat salah.”

“Dan setiap tokoh punya kesempatan bertobat, Mas Eko.”

“Betul, Pak. Meskipun tak semuanya cukup pintar untuk mengambil kesempatan itu dengan baik.”

“Jika begitu, lalu, dimana salahnya Iblis, Mas Eko?”

“Iblis menggoda manusia keluar dari jalan yang benar. Ia tak suka sendirian di neraka, Pak. Curang dia! Dia yang dulu angkuh, lalu dia pula yang membangkang dan menggoda-goda manusia menjauhi Tuhan.”

“Semua itu bisa terjadi tanpa restu dari Allah?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun